05 July, 2012

Catatan Hati Relawan Hidayat

Oleh Luqman Zaini*

Sampai hari ini, saya begitu bahagia menerima Wall post, message, SMS, tweet yang berisikan doa kebaikan yang mengalir. Doa-Doanya terasa amat mengisi energi sendi-sendi tubuh. Harapan-Harapannya serasa melengkapi kepala saya, serasa langsung menjadi harapan baik saya pula. Peringatan ulang tahun itu selalu menyenangkan ya :). Saya amat ingin menjawabnya satu persatu, namun belum selesai, karena saya baru mulai menjawabnya pagi ini ^^. Terimakasih banyak teman2, bapak2, ibu2. Semoga kumpulan berbagai doa kebaikan itu pula menjadi doa saya untuk kalian semua...

Diantara semua ucapan, ada satu SMS yang membuat saya terkenang haru & menyulut semangat juang. Saya yakin sms itu dikirim oleh seorang yang saya kenal. Tapi sayang sekali, namanya tidak muncul di phonebook saya akibat hape saya yg error 4 bulan yang lalu.

Di atas motor, sembari saya menunggu 100 detik lampu merah Pancoran petang kemarin, saya membaca SMS tersebut. Saya menjadi makin berghairah (ghairah=cemburu). Saya cemburu akan pujian-kenangan yang dilontarkan dalam SMS itu. Berikut isi SMSnya...
"Hari ini, Jakarta, 7 tahun yang lalu. :')

Seseorang yg luar biasa dalam manhaj dakwah ini.
Skrng cuma bisa membaca warisan buku-bukunya, mendengarkan rekaman ceramahnya, dan menonton video taujihnya..

Semoga Allah menempatkannya di tempat yang mulia di sisiNya..

(mengenang ustadzuna, Rahmat Abdullah)"

Menjadi hal yang kita tahu bersama, bahwa beliau bukan seperti ustadz kampung biasa, meskipun beliau memang biasa mengajar mengaji dari kampung ke kampung. Beliau pun bukan pula seperti ustadz idola yang rekaman ceramahnya laku keras dimana mana, meskipun rekaman ceramahnya tersimpan massal di banyak gadget, laptop, cloud server yang tersebar sampai mancanegara. Beliau juga bukan sarjana, tetapi banyak rakyat jelata mengenal namanya. Beliau adalah diantara penumpang setia angkot, meskipun beliau adalah seorang anggota wakil rakyat. Beliau seringkali mendapat undangan ceramah di berbagai tempat, tetapi saat beliau terima 'amplop pengajian' malah beliau simpan di kaleng-kaleng berkarat. Hingga setelah beliau meninggal, dikabarkan kalkulasi jumlahnya mencapai jutaan rupiah

Itu sedikit diantara hal yang membuat saya cemburu untuk bertatap muka dengan beliau, tentang beliau yang meninggal saat saya baru akan mengenal sosoknya di kelas 1 SMA.

Baru pagi ini saya punya kekuatan untuk menjawab SMS itu. Saya tak perlu berpanjang kalam untuk menjawabnya...
"Akhi/ukhti.. Kenanglah beliau dalam munajat doa+dukungan utk Jakarta.
Seandainya beliau hidup, totalitas mentok akan beliau usung momen "Penaklukan Jakarta" yang belum pernah beliau alami ini

..Allah, saksikan bahwa kami penerus cita2 Asy Syaikhut Tarbiyyah!

Pastikan yg terbaik dr kita mnjdi bagian kemenangan, insyaAllah"

Jum'at pagi ini, di usia genap yang lebih satu hari ini, saya semakin bersemangat untuk menancap gas motor ke markas mungil pemenangan pasangan nomor 4 calon Gubernur & wakil Gubernur DKI Jakarta periode 2012-2017: Hidayat + Didik di sebuah kecamatan di Jakarta. Sebuah rutinitas yang sudah saya geluti lebih dari 5 bulan ini, sejak nama kedua calon yang tak terduga itu belum muncul. Siang ini ada beberapa aktivitas yang harus saya kerjakan untuk masyarakat sekitar markas, aktivitas menebar harapan positif, menawarkan keyakinan akan potensi kebaikan dari Calon Gubernur + Wakil yang kita usung.

Saya ingat beberapa artikel yang menceritakan tentang Allahuyarham ustadz Rahmat 'Abdullah
"..Rahmat Abdullah, yang seringkali dipanggil Bang Mamak oleh warga Kampung Kuningan ini, meskipun lahir dari pasangan asli Betawi, namun ia selalu menghindari sebutan Betawi yang dianggapnya berbau kolonial Belanda. Ia lebih bangga dengan menyebut Jayakarta, karena baginya itulah nama yang diberikan Pangeran Fatahillah kepada tanah kelahirannya. Sebuah sikap yang tak lain lahir dari semangat anti kolonialisme dan imperialisme, serta kebanggaan (izzah) terhadap warisan perjuangan Islam." 

"..Beliau lahir di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, pada 3 Juli 1953. Putra kedua dari empat bersaudara dari pasangan Abdullah dan Siti Rahmah. Sebagai anak Betawi, beliau lebih bangga apabila tanah kelahirannya disebut dengan Jayakarta, nama lain kota Jakarta yang diberikan oleh Pangeran Fatahillah."

Saya beryakinan, andaikan beliau (ustadz Rahmat 'Abdullah) masih hidup di momen penaklukan (kembali) 'Jayakarta' di tahun ini, kepada siapapun, dimanapun, yang saat ini sedang berkerja untuk beres-beres jakarta, beliau akan begitu bahagia menyambut dengan buncah doa bagi mereka. Bahwa momen-momen kembalinya spirit Sang Satriyo Piningit-Pangeran Fatahillah (yang bukan orang asli Sunda Kelapa) akan begitu dekat, dan totalitas perjuangan adalah garansi perjuangannya. Sedangkan Allah, yang Maha 'Aziz, Amat Perkasa untuk menghalau semua rintangan untuk memenangkannya. Juga yang Maha Rahim, Amat Bijaksana atas keputusan dikemudian hari, apakah secara 'dzahir' kita menang mutlak, atau (mungkin) hampir menang!

Saya hanya takut, saya tidak termasuk dalam barisan orang-orang yang mengusung panji-panji penaklukkan, sedangkan telah bertalu-talu kabar di berbagai pelosok dunia, ledakan penaklukkan demi penaklukkan yang siap disatukan untuk sebuah ledakan rahmat untuk semesta Alam

Jika sudah demikian, apapun keputusan nanti, adalah kebaikan yang pantas dimiliki untuk kita semua, insyaAllah.

Allahu Akbar, walillahil Hamd!

"Ayo Beresin Jakarta!"

Kukusan Teknik, 15 Juni 2012
Pengembara Dunia


*http://www.facebook.com/photo.php?fbid=413133772065365&set=a.218923091486435.65284.100001062387607&type=1&theater

0 komentar:

Post a Comment

 

PKS TV Sudan