06 July, 2012

Menyambut Ramadhan di PIP PKS Sudan


Bergembira menyambut Ramadhan adalah pekerjaan mulia. Demikian disampaikan Ust. Asyri Mahmud Muhammad Hassan dalam ceramahnya pada Tarhib Ramadhan 1433 H di Rumah Dakwah PIP PKS Sudan Kamis 5/7/2012. Ia menyatakan seluruh umat islam di planet bumi berhak untuk bergembira menyambut Bulan Ramadhan.

“Bulan ini penuh dengan cahaya cinta dari pencipta. Allah juga memberikan berjuta warna kebaikan dan rahmat-Nya di bulan Ramadahan. Oleh karena itu, umat Islam wajib bergembira menyambutnya”. Jelas ustadz yang berprofesi sebagai imam dan khatib di Al Azhar University, Cairo ini.

Dalam kesempatan tersebut, Ust. Asyri juga menghimbau kepada umat muslim untuk dapat menyusun dan memiliki program yang jelas dalam mengisi bulan Ramadhan. Hal ini menjadi penting agar setiap waktu yang berlalu di bulan ini dapat menjadi investasi dan pahala akhirat.

Sementera itu, Ketua PIP PKS Sudan dalam sambutannya menyampaikan bahwa dalam rangka menghidupkan dan menyemarakan “Demam Beribadah” pada bulan Ramadhan 1433 H kali ini. PIP PKS Sudan mengagendakan sejumlah kegiatan diantaranya, Tarhib Ramadhan (5/7/2012), Buka Puasa Bersama (26/7/2012), Lomba Menghafal Al-Quran dan Hadis, Afrah Idul Fitri, dsb. “Ini merupakan upaya kami dalam menyemarakkan semangat beribadah di bulan Ramadhan” Tegasnya. Sekpip, Khartoum, 06 Juli 2012




Read more »

05 July, 2012

GEMBIRA MENYAMBUT RAMADHAN



Oleh : Made Dwi Adnjani

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا كَانَ أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ
صُفِّدَتْ الشَّيَاطِينُ وَمَرَدَةُ الْجِنِّ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ فَلَمْ يُفْتَحْ
مِنْهَا بَابٌ وَفُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ فَلَمْ يُغْلَقْ مِنْهَا بَابٌ وَيُنَادِي مُنَادٍ
يَا بَاغِيَ الْخَيْرِ أَقْبِلْ وَيَا بَاغِيَ الشَّرِّ أَقْصِرْ وَلِلَّهِ عُتَقَاءُ مِنْ النَّارِ وَذَلكَ كُلُّ لَيْلَةٍ
Bersabda Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam: “Bila tiba malam pertama bulan Ramadhan para syaithan dibelenggu, maksudnya jin. Dan pintu-pintu neraka ditutup dan tak satupun yang dibuka dan pintu-pintu surga dibuka dan tak satupun yang ditutup. Lalu ada penyeru yang menyerukan: ”Wahai para pencari kebaikan, sambutlah (songsonglah) dan wahai para pencari kejahatan, tolaklah (hindarilah).” Dan Allah ta’aala memiliki perisai dari api neraka. Dan yang demikian terjadi setiap malam.” (HR Tirmidzi 618).
Lintasan waktu kembali membawa menuju gerbang Ramadhan. Bulan yang senantiasa disambut dengan kemeriahan, yang di awalnya penuh rahmat, di tengahnya ada ampunan dan diakhiri dengan pembebasan dari api neraka. Bulan yang senantiasa disambut Rasulullah s.a.w. bak menyambut datangnya tamu agung “Marhaban ya Ramadhan”. Saat ini ucapan itu mulai ramai muncul di bentangan spanduk, baliho, poster dan berbagai media lainnya. Belum lagi iklan yang bersebaran di TV dengan berbagai program acara di bulan Ramadhan, radio, internet, dan layanan pesan singkat bahkan pesan di BBM, membuat getar nyawa Ramadhan semakin terasa. Jutaan kaum muslim menyambut datangnya bulan suci Ramadhan dengan suka cita, tak terkecuali muslim di tanah air.
Ramadhan adalah bulan suci yang selalu dirindukan umat Islam. Keindahan dan kekhusyukan hari-harinya adalah sesuatu yang sulit didapatkan di hari biasa sehingga tak heran kalau di bulan suci ini begitu banyak hal biasa yang menjadi istimewa.Ramadhan menyediakan paket yang kental dengan makanan jiwa, seperti puasa, tharawih, malam Lailatul Qadar hingga kembali ke fitrah dalam Idul Fitri. Ibadah di bulan Ramadhan memiliki nilai spiritual yang menjanjikan pelakunya mendapatkan kebahagiaan batin.
Biasanya, menyambut kedatangan bulan suci tersebut membawa kesibukan mendadak bagi kaum muslimin, mulai dari sibuk mencari makanan berbuka hingga penampilan, karena memang bulan Ramadhan ini berbeda dengan bulan-bulan yang lain, salah satunya adalah perubahan pola makan, tata berbicara, tata busana dan pelaksanaan ibadah yang diharapkan jauh lebih meningkat dari biasanya. Dan masjid-masjid pun biasanya mulai ramai dikunjungi di awal bulan Ramadhan.Pekan ini semarak tarhib Ramadhan pun sudah mulai terasa, dari mulai majelis pengajian, kantor , hingga instansi pemerintah, semuanya berduyun-duyun menyelenggarakan kajian menyambut Ramadhan, yang biasa disebut dengan Tarhib Ramadhan. Tarhib sendiri berasal dari kata : rohaba -yurohhibu, yaitu menyambut. Kata tarhib berasal dari akar kata yang sama yang membentuk kataMarhaban. Sedangkan marhaban artinya selamat datang atau welcome. Maka Tarhib Ramadhan berarti Selamat Datang Ramadhan atau Welcome Ramadhan. Namun bagai dua sisi mata uang, saling beriringanm janji paket rohani juga diintip oleh peristiwa berkategori budaya yang bila tidak disikapi dengan arif hanya akan memunculkan “panggung tetaer, karnaval atau pertunjukan ibadah” yang hanya mementingkan gebyarnya saja tanpa membawa nilai transformatif pada kita untuk menjadi manusia yang bertakwa karena ditingkahi dengan gemulai duniawi yang begitu menggoda.
Persiapan menyambut Ramadhan
           Oleh karena itu agar kita bisa mengisi bulan ramadhan dengan amalan ibadahsecara maksimal, maka kita harus melakukan persiapan-persiapan. Minimal kitaharus melakukan lima persiapan, yaitu persiapan nafsiyah, tasaqafiyah, jasadiyah,maliyah dan mempersiapkan anggota keluarga, termasuk anak-anak.Beberapa persiapan yang sebaiknya dilakukan adalah :

  1. 1.Persiapan Nafsiyah.
Persiapan nafsiyah maksudanya menyambut datangnya bulan ramadhan dengan hati gembira bahwa ramadhan telah datang sebagai bulan untuk taqarub kepadaAllah Swt. Sehingga pada bulan ini kita akan berlomba-lomba untuk meningkatkan kualitas ibadah dan meraih derajat tertinggi di sisi Allah swt. Salah satu cara untuk mempersiapkan jiwa dan spiritual untuk menyambut Ramadhan adalah dengan jalan melatih dan memperbanyak ibadah di bulan-bulansebelumnya (minimal di bulan sya’ban), sebagaimana dijelaskan dalam haditsyang diriwayatkan oleh Aisyah ra: “Belum pernah Rasulullah Saw berpuasa(sunah) di bulan-bulan lain, sebanyak yang ia lakukan di bulan sya’ban.” (HR.Muslim)

  1. Persiapan Tsaqafiyah (Ilmu)
 Untuk meraih amalan di bulan Ramadhan secara maksimal maka diperlukan pemahaman yang mendalam tentang fiqh puasa. Oleh karena itu, persiapan tsaqafiyah tidak kalah penting bagi seseorang untuk mendapatkannya. Sebabdengan memahami fiqh puasa dengan baik seseorang akan  memahami denganbenar mana perbuatan-perbuatan yang dapat merusak nilai puasanya dan mana perbuatan yang dapat meningkatkan nilai dan kualitas puasanya. Karenanya kitaharus terus menambah tsaqafah kita tentang fiqh shiyam.

  1. 3.Persiapan Jasadiyah
Tak dapat dipungkiri bahwa aktifitas Ramadhan banyak memerlukan kekuatan fisik. misalnya untuk puasa, qiyamullail, membaca al-Quran dan berbagai macam ibadah lainnya. Dengan kondisi fisik yang prima kita dapat melakukan ibadahtersebut tanpa terlewatkan sedikitpun. Karena jika kondisi fisik tidak baik, makakemungkinan besar kita  tidak akan melakukan amalan Ramadhan dengan maksimal, bahkan akan terlewatkan sia-sia. Padahal amalan di bulan Ramadhan tak dapat digantikan dengan amalan di bulan-bulan yang lain. Oleh sebab itu,sebaiknya kita menyiapkan kondisi fisik dari jauh-jauh hari sebelum Ramadhan.

  1. 4.Persiapan Maliyah (Keuangan)
Persiapan keuangan bukanlah untuk membeli pakaian baru di hari lebaran atau menyiapkan bekal untuk pulang kampung. Yang dimaksud dengan persiapankeuangan adalah menyiapkan dan mengatur keuangan untuk berinfak, sedekah dan membayar zakat. Imam Tirmidzi meriwayatkan sebuah hadits:“Rasulullah pernah ditanya, ‘Sedekah apakah yang paling utama? Beliau menjawab,“Seutama-utamanya sedekah adalah sedekah di bulan ramadhan”.

  1. 5.Persiapan Untuk Anak-
Selain menyiapkan diri sendiri, kita juga harus menyiapkan anggotakeluarga. Termasuk anak-anak kita yang masih kecil dan baru akan belajar puasa.Sebab mengantarkan anak untuk berpuasa dan memahami maksudnya bukanlah pekerjaan yang mudah. Kesuksesan mengkondisikan anak memerlukan persiapan sejak jauh hari. Oleh karena itu orang tua harus merancang pola pendidikan terbaik untuk putra-putrinya selama bulan Ramadhan. Misalnya melalui cerita dan mainan, membangun suasana keluarga yang kondusif, menyusun menu makanan yang bergizi dan mengajak sahur bersama keluarga.

Keutamaan bulan Ramadhan

Ramadhan adalah Bulan Diturunkannya Al Qur’an
Bulan Ramadhan adalah bulan yang mulia. Bulan ini dipilih  sebagai bulan untuk berpuasa dan pada bulan ini pula Al Qur’an diturunkan. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآَنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu.” (QS. Al Baqarah: 185)
Ibnu Katsir rahimahullah tatkala menafsirkan ayat yang mulia ini mengatakan, ”(Dalam ayat ini) Allah Ta’ala memuji bulan puasa –yaitu bulan Ramadhan- dari bulan-bulan lainnya. Allah memuji demikian karena bulan ini telah Allah pilih sebagai bulan diturunkannya Al Qur’an dari bulan-bulan lainnya. Sebagaimana pula pada bulan Ramadhan ini Allah telah menurunkan kitab ilahiyah lainnya pada para Nabi ’alaihimus salam.”
Setan-setan Dibelenggu, Pintu-pintu Neraka Ditutup dan Pintu-pintu Surga Dibuka Ketika Ramadhan Tiba
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ وَصُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ
Apabila Ramadhan tiba, pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup, dan setan pun dibelenggu.”
Al Qodhi ‘Iyadh mengatakan, “Hadits di atas dapat bermakna, terbukanya pintu surga dan tertutupnya pintu Jahannam dan terbelenggunya setan-setan sebagai tanda masuknya bulan Ramadhan dan mulianya bulan tersebut.” Lanjut Al Qodhi ‘Iyadh, “Juga dapat bermakna terbukanya pintu surga karena Allah memudahkan berbagai ketaatan pada hamba-Nya di bulan Ramadhan seperti puasa dan shalat malam. Hal ini berbeda dengan bulan-bulan lainnya. Di bulan Ramadhan, orang akan lebih sibuk melakukan kebaikan daripada melakukan hal maksiat. Inilah sebab mereka dapat memasuki surga dan pintunya. Sedangkan tertutupnya pintu neraka dan terbelenggunya setan, inilah yang mengakibatkan seseorang mudah menjauhi maksiat ketika itu.”
Terdapat Malam yang Penuh Kemuliaan dan Keberkahan
Pada bulan ramadhan terdapat suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan yaitu lailatul qadar (malam kemuliaan). Pada malam inilah –yaitu 10 hari terakhir di bulan Ramadhan- saat diturunkannya Al Qur’anul Karim.
Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ (1) وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ (2) لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ (3
Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada lailatul qadar (malam kemuliaan). Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.” (QS. Al Qadr: 1-3).
Dan Allah Ta’ala juga berfirman,
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ
Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan.” (QS. Ad Dukhan: 3). Yang dimaksud malam yang diberkahi di sini adalah malam lailatul qadr. Inilah pendapat yang dikuatkan oleh Ibnu Jarir Ath Thobarirahimahullah Inilah yang menjadi pendapat mayoritas ulama di antaranya Ibnu ‘Abbasradhiyallahu ‘anhuma.
Bulan Ramadhan adalah Salah Satu Waktu Dikabulkannya Do’a
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ لِلّهِ فِى كُلِّ يَوْمٍ عِتْقَاءَ مِنَ النَّارِ فِى شَهْرِ رَمَضَانَ ,وَإِنَّ لِكُلِّ مُسْلِمٍ دَعْوَةً يَدْعُوْ بِهَا فَيَسْتَجِيْبُ لَهُ
Sesungguhnya Allah membebaskan beberapa orang dari api neraka pada setiap hari di bulan Ramadhan,dan setiap muslim apabila dia memanjatkan do’a maka pasti dikabulkan.”
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ثَلاَثَةٌ لاَ تُرَدُّ دَعْوَتُهُمُ الصَّائِمُ حَتَّى يُفْطِرَ وَالإِمَامُ الْعَادِلُ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ
Tiga orang yang do’anya tidak tertolak: orang yang berpuasa sampai ia berbuka, pemimpin yang adil, dan do’a orang yang dizholimi”.
An Nawawi rahimahullah menjelaskan, “Hadits ini menunjukkan bahwa disunnahkan bagi orang yang berpuasa untuk berdo’a dari awal ia berpuasa hingga akhirnya karena ia dinamakan orang yang berpuasa ketika itu.”An Nawawi rahimahullah mengatakan pula, “Disunnahkan bagi orang yang berpuasa ketika ia dalam keadaan berpuasa untuk berdo’a demi keperluan akhirat dan dunianya, juga pada perkara yang ia sukai serta jangan lupa pula untuk mendoakan kaum muslimin lainnya.”
Demikianlah, kegembiraan menyambut datangnya Ramadhan hendaklah kegembiraan yang dilandasi semangat untuk menaikkan derajat di sisi Allah dengan sepenuh kesadaran dan niat yang benar. Jika persiapan itu kita lakukan secara optimal, maka kita akan menjalankan ibadah Ramadhan dengan kekhusyuan yang penuh getaran hati. Semoga ibadah Ramadhan yang akan dilakukan   bukanlah bentuk gerak tanpa jiwa, dan terjebak pada ritual belaka tanpa makna. Semoga kita mampu meraih derajat takwa. #1 http://unissula.ac.id/newver/index.php?option=com_content&view=article&id=339:gembira-menyambut-ramadhan&catid=49:artikel&Itemid=163
Read more »

Dhuha Di Kantor? Mana Sempat?!


Bekerja, bekerja dan bekerja.
Seperti itulah aktivitas kita setiap harinya. Minimal delapan jam kita habiskan waktu untuk mencari uang. Hmmm…bekerja maksud saya. Tapi kita bekerja untuk apa sih? Menjemput rizki Allah alias mencari uang bukan?
Untuk bekerja, berapapun waktu yang dibutuhkan rasanya selalu tersedia. We are ready all the time. Kadang sampai direwangi lembur pulang malam. Its oke. Memang kerja keras itu, harus. Dalam haditsnya kita diperintahkan untuk bekerja seolah–olah kita hidup selamanya. Apalagi di zaman sekarang yang serba “bertarif”, tidak ada yang gratis. Bahkan untuk ke toilet sekalipun.
Tapi… alangkah lebih baiknya jika kerja keras itu kita barengi dengan sedikit “kerja keras” untuk mengisi kebutuhan rohani kita. Saya tulis sedikit, sebab selalu lebih banyak waktu yang kita belanjakan untuk memenuhi kebutuhan jasmani. Umumnya demikian, kecuali bagi orang–orang yang memang berkecimpung di dunia kerohanian. Coba kita hitung secara matematis. Taruhlah kita gunakan waktu 10 menit untuk sekali shalat fardhu. Jika dikalikan lima kali dalam sehari semalam, artinya kita gunakan 50 menit waktu kita untuk shalat. Sedang untuk bekerja? Waktu yang kita gunakan berlipat–lipat dari itu.
Lalu, bagaimana kita menyiasati waktu kita untuk tetap berusaha dekat dengan Allah meskipun kita bekerja? Insya Allah sebenarnya selalu ada jalan selama ada niat untuk melakukan. Demikian yang saya yakini. Salah satunya adalah dengan membiasakan shalat Dhuha di kantor. Sibuk? Pasti, namanya juga bekerja. Justru pada saat pekerjaan kita terasa overload, menguras tenaga dan pikiran, mengambil air wudhu dan rehat sejenak untuk menyapa Tuhan akan memberikan kembali kedamaian yang luntur oleh ratusan file–file di komputer atau tumpukan berkas–berkas yang tidak ada habisnya. Feeling refresh. Shalat Dhuha tidak memberatkan alias fleksibel. Kita diberi kebebasan untuk melakukannya sesuai dengan keinginan, juga waktu yang kita miliki. Dua rakaat, empat rakaat, delapan rakaat atau dua belas rakaat sekaligus. Tinggal pilih mana yang paling ringan untuk dilakukan.
Alangkah sayangnya… padahal jika kita tahu seperti apa faedah shalat Dhuha insya Allah akan eman–eman meninggalkannya. Allah, seperti dalam hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi, menjanjikan akan membangun rumah di surga bagi siapa saja yang melanggengkan shalat Dhuha. Dalam hadits qudsi disebutkan pula bahwa siapa yang mengerjakan shalat empat rakaat di pagi hari, Allah akan menjamin dan mencukupkan segalanya dengan limpahan barakah sepanjang hari itu. Termasuk mencukupkan rizkinya (ini yang ditunggu-tunggu). Shalat Dhuha memberikan keberkahan kepada yang mengerjakannya. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Tabhrani dan Abu Hurairah, diceritakan bahwa di akhirat kelak, Allah akan memanggil orang-orang untuk masuk ke surga melewati pintu Dhuha, sebuah pintu surga yang dipersiapkan bagi orang–orang yang mengerjakan shalat Dhuha. Subhanallah… ganjaran yang benar–benar amazing, tidak akan terbeli dengan berapapun uang yang kita hasilkan dari kerja keras sepanjang hayat meski direwangi dengan (bahasa ekstrimnya) jungkir balik banting tulang peras keringat dari pagi hingga pagi lagi.
Shalat Dhuha adalah shalat orang yang kembali pada Allah (sholatul awwabiin) setelah mereka lupa dan disibukkan oleh pekerjaan. Alangkah beruntungnya jika kita adalah bagian dari muflihuun yang melaksanakan sholatul awwabiin. Mengejar dunia, tidak pernah ada habisnya sebab sudah menjadi qudrah manusia memiliki sifat tidak pernah puas. Pencapaian demi pencapaian, target demi target seolah berkejaran dengan waktu yang tidak bisa diajak kompromi. Sukses dalam karir dan materi, itu tujuannya. Namun esensi hidup bukankah bukan hanya semata gemilang di dunia? Kita semua pasti menginginkan keselamatan hidup di dunia dan di akhirat. Doa kitasallimnaa fiddunyaanaa wa ukhronaa mesti dibarengi dengan ikhtiar untuk meraihnya.
”Kantor” yang saya maksud dalam tulisan ini sebenarnya memiliki arti yang luas. Bisa berarti rumah, sekolah, kampus, kantor pemerintah, kantor swasta ataupun sawah. Setiap orang memiliki kantornya sendiri. Apapun nama kantornya, kita memiliki cara untuk menyiasati bagaimana “mencari atau mencuri” beberapa menit saja waktu untuk berdhuha. There is a will there is a wayWa hayya ‘alashsholaah. Semoga…



Read more »

Catatan Hati Relawan Hidayat

Oleh Luqman Zaini*

Sampai hari ini, saya begitu bahagia menerima Wall post, message, SMS, tweet yang berisikan doa kebaikan yang mengalir. Doa-Doanya terasa amat mengisi energi sendi-sendi tubuh. Harapan-Harapannya serasa melengkapi kepala saya, serasa langsung menjadi harapan baik saya pula. Peringatan ulang tahun itu selalu menyenangkan ya :). Saya amat ingin menjawabnya satu persatu, namun belum selesai, karena saya baru mulai menjawabnya pagi ini ^^. Terimakasih banyak teman2, bapak2, ibu2. Semoga kumpulan berbagai doa kebaikan itu pula menjadi doa saya untuk kalian semua...

Diantara semua ucapan, ada satu SMS yang membuat saya terkenang haru & menyulut semangat juang. Saya yakin sms itu dikirim oleh seorang yang saya kenal. Tapi sayang sekali, namanya tidak muncul di phonebook saya akibat hape saya yg error 4 bulan yang lalu.

Di atas motor, sembari saya menunggu 100 detik lampu merah Pancoran petang kemarin, saya membaca SMS tersebut. Saya menjadi makin berghairah (ghairah=cemburu). Saya cemburu akan pujian-kenangan yang dilontarkan dalam SMS itu. Berikut isi SMSnya...
"Hari ini, Jakarta, 7 tahun yang lalu. :')

Seseorang yg luar biasa dalam manhaj dakwah ini.
Skrng cuma bisa membaca warisan buku-bukunya, mendengarkan rekaman ceramahnya, dan menonton video taujihnya..

Semoga Allah menempatkannya di tempat yang mulia di sisiNya..

(mengenang ustadzuna, Rahmat Abdullah)"

Menjadi hal yang kita tahu bersama, bahwa beliau bukan seperti ustadz kampung biasa, meskipun beliau memang biasa mengajar mengaji dari kampung ke kampung. Beliau pun bukan pula seperti ustadz idola yang rekaman ceramahnya laku keras dimana mana, meskipun rekaman ceramahnya tersimpan massal di banyak gadget, laptop, cloud server yang tersebar sampai mancanegara. Beliau juga bukan sarjana, tetapi banyak rakyat jelata mengenal namanya. Beliau adalah diantara penumpang setia angkot, meskipun beliau adalah seorang anggota wakil rakyat. Beliau seringkali mendapat undangan ceramah di berbagai tempat, tetapi saat beliau terima 'amplop pengajian' malah beliau simpan di kaleng-kaleng berkarat. Hingga setelah beliau meninggal, dikabarkan kalkulasi jumlahnya mencapai jutaan rupiah

Itu sedikit diantara hal yang membuat saya cemburu untuk bertatap muka dengan beliau, tentang beliau yang meninggal saat saya baru akan mengenal sosoknya di kelas 1 SMA.

Baru pagi ini saya punya kekuatan untuk menjawab SMS itu. Saya tak perlu berpanjang kalam untuk menjawabnya...
"Akhi/ukhti.. Kenanglah beliau dalam munajat doa+dukungan utk Jakarta.
Seandainya beliau hidup, totalitas mentok akan beliau usung momen "Penaklukan Jakarta" yang belum pernah beliau alami ini

..Allah, saksikan bahwa kami penerus cita2 Asy Syaikhut Tarbiyyah!

Pastikan yg terbaik dr kita mnjdi bagian kemenangan, insyaAllah"

Jum'at pagi ini, di usia genap yang lebih satu hari ini, saya semakin bersemangat untuk menancap gas motor ke markas mungil pemenangan pasangan nomor 4 calon Gubernur & wakil Gubernur DKI Jakarta periode 2012-2017: Hidayat + Didik di sebuah kecamatan di Jakarta. Sebuah rutinitas yang sudah saya geluti lebih dari 5 bulan ini, sejak nama kedua calon yang tak terduga itu belum muncul. Siang ini ada beberapa aktivitas yang harus saya kerjakan untuk masyarakat sekitar markas, aktivitas menebar harapan positif, menawarkan keyakinan akan potensi kebaikan dari Calon Gubernur + Wakil yang kita usung.

Saya ingat beberapa artikel yang menceritakan tentang Allahuyarham ustadz Rahmat 'Abdullah
"..Rahmat Abdullah, yang seringkali dipanggil Bang Mamak oleh warga Kampung Kuningan ini, meskipun lahir dari pasangan asli Betawi, namun ia selalu menghindari sebutan Betawi yang dianggapnya berbau kolonial Belanda. Ia lebih bangga dengan menyebut Jayakarta, karena baginya itulah nama yang diberikan Pangeran Fatahillah kepada tanah kelahirannya. Sebuah sikap yang tak lain lahir dari semangat anti kolonialisme dan imperialisme, serta kebanggaan (izzah) terhadap warisan perjuangan Islam." 

"..Beliau lahir di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, pada 3 Juli 1953. Putra kedua dari empat bersaudara dari pasangan Abdullah dan Siti Rahmah. Sebagai anak Betawi, beliau lebih bangga apabila tanah kelahirannya disebut dengan Jayakarta, nama lain kota Jakarta yang diberikan oleh Pangeran Fatahillah."

Saya beryakinan, andaikan beliau (ustadz Rahmat 'Abdullah) masih hidup di momen penaklukan (kembali) 'Jayakarta' di tahun ini, kepada siapapun, dimanapun, yang saat ini sedang berkerja untuk beres-beres jakarta, beliau akan begitu bahagia menyambut dengan buncah doa bagi mereka. Bahwa momen-momen kembalinya spirit Sang Satriyo Piningit-Pangeran Fatahillah (yang bukan orang asli Sunda Kelapa) akan begitu dekat, dan totalitas perjuangan adalah garansi perjuangannya. Sedangkan Allah, yang Maha 'Aziz, Amat Perkasa untuk menghalau semua rintangan untuk memenangkannya. Juga yang Maha Rahim, Amat Bijaksana atas keputusan dikemudian hari, apakah secara 'dzahir' kita menang mutlak, atau (mungkin) hampir menang!

Saya hanya takut, saya tidak termasuk dalam barisan orang-orang yang mengusung panji-panji penaklukkan, sedangkan telah bertalu-talu kabar di berbagai pelosok dunia, ledakan penaklukkan demi penaklukkan yang siap disatukan untuk sebuah ledakan rahmat untuk semesta Alam

Jika sudah demikian, apapun keputusan nanti, adalah kebaikan yang pantas dimiliki untuk kita semua, insyaAllah.

Allahu Akbar, walillahil Hamd!

"Ayo Beresin Jakarta!"

Kukusan Teknik, 15 Juni 2012
Pengembara Dunia


*http://www.facebook.com/photo.php?fbid=413133772065365&set=a.218923091486435.65284.100001062387607&type=1&theater
Read more »

Ketahuan Masuk Islam, Polisi AS Dipecat


Nicholas A. Matheny adalah seorang polisi Amerika Serikat (AS) yang berprestasi. Bertugas di Norton, Matheny dinominasikan sebagai penerima penghargaan dalam acara Para Ibu Menentang Pengemudi Mabuk (MADD) karena rekor penahanan terhadap pengemudi mabuk yang dilakukan Matheny. Sebenarnya, saat itu ia telah masuk Islam diam-diam. Namun, begitu keislamannya diketahui publik, kepala kepolisian membatalkan nominasi tersebut.

Bukan hanya itu, Matheny yang selama ini tak memiliki catatan disipliner dalam file personalnya, tiba-tiba disorot berkinerja buruk setelah keislamannya terungkap. Bahkan, Matheny kemudian dipecat dari pekerjaannya.

Kini Matheny mengajukan gugatan hak sipil ke pengadilan federal atas keluhan diskriminasi negara, konspirasi, pembalasan dan lingkungan kerja yang buruk dan jahat. Gugatan ditujukan kepada Kota Norton, Kepala Kepolisian Norton, Thaddeus Hete, Sersan Polisi John Dalessandro, Pemerintahkan Kota, Richard Ryland.

Gugatan dengan judul Matheny melawan Kota Norton, menuntut kompensasi atas kerusakan dan kerugian yang telah dialami penggugat.

Hukum federal dan antidiskriminasi negara melarang membuat keputusan terhadap status pekerjaan seseorang berdasar agama atau membalas pendapat berbeda dari karyawan dengan diskriminasi dan pelecehan. Namun, kepolisian tempat Matheny bekerja telah melanggarnya.

Matheny memulai karirnya di Departemen Kepoisian Norton pada 2004. Setelah sempat dimutasi dari Nevada pada 2008, ia menjadi petugas patroli hingga November 2010, ketika ia dihentikan sepihak. Saat Matheny direlokasi, Pimpinan wilayah kota, Richard Ryland, menyebarkan memo internal, menggambarkan Matheny sebagai 'petugas patroli istimewa untuk kota. Ia mendapat apresiasi karena kinerjanya yang baik dari masyarakat juga kolega.

Pada awal 2010, Matheny memeluk Islam. Ia merahasiakan keislamannya kecuali pada teman-teman terdekatnya. Salah satu alasannya adalah sentimen anti-Isam di kepolisian, termasuk email-email yang pernah ia terima dari atasannya langsung, Sersan Harvey Bechtel.

Hingga suatu hari pada akhir September 2010, Matehny menyebarkan undangan pernikahan ke dua koleganya. Dalam undangan itu terdapat kalimat berbunyi. "Semoga Allah Memberkati Pernikahan Ini", tepat di atas.

Jim Weiss, seorang kolega Matheny, langsung mengeluarkan komentar-komentar antimuslim dan merendahkan tunangan Matheny setelah membaca undangan itu.

Tak cukup di situ, Weiss menyebarkan status baru Matheny sebagai Muslim ke seluruh departemen. Keyakinan barunya menjadi pengetahuan umum, dan sejak saat itu ia diperlakukan seperti penghuni kasta terendah.

Tersebarnya keislaman Matheny membuat nominasinya sebagai penerima penghargaan MADD dibatalkan. Ia juga tiba-tiba dicap "berkinerja buruk" padahal selama ini tidak pernah ada catatan disipliner dalam sejarah karirnya.

Tepat sebelum Matheny cuti menikah, kepala polisi, Chief Hete, berkata kepada Matheny bahwa ia akan dipecat. Matheny dan istrinya menghabiskan cuti di bawah tekanan ancaman pekerjaan. Ketika Matheny kembali pulang, Chief Hete dan pemimpin Wilayah Norton, Ryland, berupaya membujuk Matheny untuk sukarela berhenti dari pekerjaan.

Mereka mengancam menulis pernyataan negatif atas kemerosotan dalam laporan kepribadian Matheny jika ia menolak berhenti diam-diam. Matheny dijanjikan mendapat referensi bagus untuk pekerjaan di masa depan, dan peringatan negatif akan disobek bila ia setuju dengan permintaan kedua bos tadi. Matheny menolak dan ia pun dipecat.

"Ini benar-benar sangat tidak-Amerika, perusahaan pemerintah memecat seseorang karena agamanya. Seluruh petugas Norton mengambil sumpah untuk menjunjung tinggi Konstitusi. Departemen Kepolisian Norton menghakimi petugas ini berdasar agamanya sebagai cerminan ketidakmapuan melayani anggota komunitas," kata Subodh Chandra, salah satu kuasa hukum Matheny, mengomentari kasus tersebut. [IK/Rpb]



Read more »

Program Persiapan Menyambut Ramadhan 1433H


May 22, 2012 by: yanti

“Ya Allah, pertemukan kami dengan Ramadhan. Bantulah kami Ya Allah untuk menunaikan ibadah puasa dengan sebaik-baiknya dan melakukan Qiyamullail pada malamnya. Ya Allah, terimalah segala amalan kami ini. Amin”
Ya Allah … dengan ijinMu… sebentar lagi bulan Ramadhan akan segera menjelang, saya memohon dan berharap Engkau merelakanku untuk bersiap-siap menyambutnya. Saya memohon Engkau akan memberikan kesempatan untukku mendapatkan Ramadhan yang jauh lebih baik dan indah dibandingkan tahun-tahun yang telah lalu…
Insya Allah Ramadhan akan tiba di tanggal 19 Juli 2012. Insya Allah
(jika sahabat tidak keberatan untuk memanfaatkan juga) seperti tahun-tahun sebelumnya, saya akan mengulang kembali apa yang saya dapat dari sahabat di negara tetangga, beberapa tahun yang lalu. “Panduan untuk mempersiapkan diri menghadapai ramadhan”. Panduan ini dapat disesuaikan dengan kebiasaan dan target pencapaian dari para sahabat. Dan bertujuan agar saat bulan Ramadhan datang, kita sebagai kaum muslim telah mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya. menyambutnya untuk tidak menyiayiakan sedetikpun dibulan yang penuh Rahmah dan Ampunan. Mudah-mudahan.. dengan hal ini, kita dapat “LULUS’ dalam Pesantren Ramadhan dengan predikat sangat memuaskan. Amiin. Mari kita berlomba-lomba… mempersiapkan diri meraih yang terbaik dibulan itu)

Sesi I : 23 Mei 2012 s/d 31 Mei 2012,/ 2 Rajab 1433H – 10 Rajab 1433H
Tema : Menyadarkan hati
Kegiatan :
- Fokus minggu ini ialah untuk mengembalikan kestabilan jiwa dengan melakukan perbaikan pada hal-hal seperti dibawah ini
  • Mencoba untuk khusyuk ketika sholat.
  • Tilawah Al-Quran dan mencoba mengkhatamkannya minima sekali sebelum Ramadhan.
  • “>Membaca atau mendengar ceramah dari berbagai sumber media (radio, televisi, media online, buku-buku dsbnya) yang bertemakan mengenal Allah, Syurga dan nikmatnya,  melakukanZikrullah, Taubat dan sebagainya
  • Berfikir tentang tujuan penciptaan manusia sebagai makhluk Allah
  • Muhasabah diri tentang apa yang telah dicapai ditahun ini.
  • Berdoa dengan sungguh-sungguh, memohon keridhoan Allah membantu kita dalam melakukan ketaatan padaNYA.
  • Ini merupakan waktu yang cukup baik untuk meninggalkan beberapa sikap buruk seperti merokok, mengumpat, mengeluarkan kata-kata kasar dan sebagainya.
Sesi ke II : 1 juni 2012 – 9  Juni 2012/ 10 Rajab 1433H – 19 Rajab 1433H
Tema : Minggu Puasa dan Quran
Kegiatan :
Meneruskan kegiatan sesi I ditambah dengan kegiatan yang fokus pada tazkirah mengenai Ramadhan untuk memberi rangsangan dan motivasi yang berpanjangan.
  • Mulai puasa senin dan Kamis.
  • Memperbanyak membaca dan mendengar Al-Quran.
  • Mencoba untuk menghabiskan satu juz Al-Quran sehari agar dapat khatam sebelum Ramadhan.
  • • Mengulangi dan mengkaji hafalan Al-Quran yang telah dihafalkan

Sesi ke III : 10 juni 2012 s/d 18 juni 2012/ 20 Rajab 1433H – 28 Rajab 1433H
Tema : Minggu Fajar, Zikir dan Sedekah
Kegiatan :
- Tetap mengerjakan kegiatan yang telah dilakukan di dua sesi sebelumnya ditambah dengan
  •  Tunaikan solat Subuh pada waktunya dan dua raka’at sebelumnya. (Sholat Sunnah Qobliyah Subuh)
  • Tunaikan zakat harta
  • Banyakkan amalan sedekah
  • Pelajari jenis-jenis sedekah selain harta (senyum, perkataan yang baik, menolong sesama muslim, menulis yang baik, membagikan ilmu, dsbnya….) 

Sesi ke IV : 19 juni 2012 s/d 28 juni 2012 / 29 Rajab 1433H s/d 8 Sya’ban 1433H
Tema : Minggu Qiyamullail dan Amalan Sunah
Kegiatan :
- Tetap mengerjakan kegiatan yang telah dilaksanakan hingga sesi ke III dan ditambahkan dengan
  • Mulai dengan Qiyamullail 3 kali dalam seminggu.
  • Tunaikan dua rakaat selepas Isya’ sebelum (tidur). atau Sholat Sunnah Ba’diyah Isya’
  •  Berusaha agar dapat bangun pagi 30 menit sebelum adzan Subuh, Iltizam dengan sunnah Rawatib (2 rakaat sebelum Subuh, 4 rakaat sebelum dan sesudah Dzuhur, 2 rakaat setelah Maghrib, 2 rakaat setelah Isya’, Solat Dhuha antara terbit matahari hingga waktu Dzuhur dan Sholat Witir selepas Isya’ hingga sebelum Subuh)
  • Litizam dengan Tilawah Quran selepas Subuh hingga terbit matahari diikuti dengan 2 rakaat Dhuha. Lakukan sekali seminggu sebagai permulaannya yaitu pada awal-awal sesi ke IV dan telah rutin dicapai di hari terakhir sesi ke IV
  • Mencoba mengatur jadwal dan pola makan anda agar benar-benar menyehatkan dan menghindari makan dengan jumlah yang terlalu banyak.
  • Ini penting untuk memastikan Ramdhan yang bakal datang itu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh Allah dan bukannya pesta makan!

Sesi ke V : 29 juni 2012 s/d 7 juli 2012/ 9 Sya’ban 1433H s/d 17 Sya’ban 1433H
Tema : Minggu Silahturahim
Kegiatan :
-Melanjutkan kegiatan yang telah dapat dikerjakan hingga sesi ke IV dan tambahkan dengan
  • Muliakan minggu ini membangun ikatan silahturahim, baik itu melalui bertemu langsung, atau dengan pembicaraan telepon, e-mail dsbnya juga dengan perbanyak doa untuk orang tua serta kaum kerabat.
  • Saling memberikan hadiah yang bermanfaat. 
  • Menjadikan menjambut Ramadhan sebagai topik bahasan dalam percakapan yang  paling penting.

 Sesi ke VI : 8 Juli 2012 d/d 18 juli 2012, 18 Sya’ban 1433H s/d 28 Sya’ban 1433 H
Tema : Minggu Doa dan Taubat
Kegiatan :
- Tetap mengerjakan semua amalan yang telah dapat dilakukan pada 5 sesi waktu sebelumnya ditambah dengan
  •  Sesi ini merupakan sesi persiapan terakhir.
  • Banyakkan doa dan istighfar. Mohon agar dipertemukan dengan Ramadhan, diberi kekuatan untuk melakukan ketaatan pada bulan Ramadhan nanti dan diterima segala amalan yang kita lakukan.
  • Bertaubat sepenuhnya di atas segala keterlanjuran sebelum ini, dan mulailah lembaran baru dengan Allah.
  • Pastikan anda khatam Al-Quran pada minggu ini
  •  Menyediakan “Kantong Ramadhan” atau menyiapkan dana khusus keperluan berbuka untuk diedarkan kepada  keluarga-keluarga yang kekurangan.
  • Pada malam melihat pergantian bulan (bulan Sya’ban memasuki bulan Ramadhan), kumpulkan seluruh keluarga untuk bersama-sama menantikan pengumuman pemerintah tentang tibanya bulan Ramadhan.
  • Gembirakan anak-anak dengan mengantung perhiasan seperti balon warna-warni, hiasan rumah dan sebagainya sebagai lambang kegembiraan menyambut tibanya bulan Ramadhan. Agar sejak dini anak-anak ini akan meresapi betapa berharga dan bahagianya kesempatan memperoleh bulan Ramadhan dalam hidup. 

 “Apabila malam pertama Ramadhan menjelang, syaitan dan para jin akan dibelenggu, pintu-pintu neraka ditutup dan tiada satupun yang dibuka, pintu-pintu syurga dibuka dan tiada satupun yang ditutup. Si tukang seru menyeru: Wahai pencari kebaikan! Ayo maju. Wahai pencari kejahatan! Ayo berhenti”.
[Diriwayatkan oleh at-Tirmizi]

“Ramadhan telah tiba kepada kamu. Ia bulan berkat yang dilimpahkan oleh Allah untuk kamu. Di dalamnya, Dia menurunkan rahmat, menghapuskan kesalahan, mengqabulkan doa, menonton persaingan kamu dalam kebaikan dan berbangga dengan kamu di hadapan para malaikatNya. Lantaran itu, tunjukkanlah kepada Allah kebaikan diri kamu. Orang yang malang ialah sesiapa yang tidak memperolehi rahmat Allah ‘Azza wa Jall”
[Diriwayatkan oleh at-Tobroni]

Marilah kita berniat semoga Ramadhan tahun ini akan menjadikan kita lulus dalam keadaan yang bertambah keimanan dan meningkat ketaqwaan. Insya Allah.
Siapa yang bangun malam bersembahyang pada bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan mengharapkan (keredhaan Allah), dosanya yang lalu diampunkan”.[Diriwayatkan oleh al-Bukhari]

“Apabila seorang lelaki membangunkan keluarganya (isterinya) pada waktu malam lalu mereka berdua bersembahyang atau setiap daripada mereka bersembahyang dua rakaat, mereka dicatat sebagai golongan lelaki dan perempuan yang berzikir” [Diriwayatkan oleh Abu Dawud]
Read more »

13 June, 2012

Pertumbuhan Berkesinambungan

Ketika Nabi Muhammad SAW memulai dakwahnya, ia hanya seorang diri. Beberapa tahun kemudian, tepatnya 23 tahun saat beliau melaksanakan hajjatul wada', kaum Muslim telah berjumlah sekitar 100 sampai 125 ribu orang dalam berbagai riwayat. Dengan jumlah penduduk dunia ketika itu sekitar 100 juta orang, maka rasio kaum Muslim terhadap penduduk dunia adalah 1 per 1000 orang.

Sekarang, sekitar 1500 tahun kemudian, jumlah kaum Muslim telah bertumbuh tanpa henti dan menjadi 1,5 milyar hingga 1,9 milyar. Bayangkanlah bagaimana rasio itu bertumbuh dari 1 per 1000 menjadi 1 per lima dalam kurun waktu 1500 tahun.

Islam sebagai agama bekerja dalam skala waktu sejarah, bukan dalam skala waktu individu atau umat. Ia terus akan bertumbuh hingga tak satu pun jengkal bumi yang tidak dijangkaunya dan tak satu pun manusia yang tidak mendengar nama Allah disebutkan. Pertumbuhan berkesinambungan adalah ciri utamanya.

Kesadaran akan waktu bukan saja menumbuhkan kemampuan berpikir sekuensial dan kesadaran akan efek akumulasi, tapi juga pada makna pertumbuhan sebagai cara mengukur kekuatan dan prospek dari sebuah ide atau kerja. Kekuatan substansial dari sebuah ide atau kerja selalu dapat diukur dari kemampuannya untuk bertumbuh secara berkesinambungan.

Berapa banyak ideologi dan gerakan dalam sejarah manusia yang lahir, tumbuh dan mekar lalu mati dalam kurun waktu yang singkat. Misalnya komunisme. Semula gegap gempita tentang komunisme sejak awal ia lahir sebagai sebuah ideologi hingga berkembang pesat dengan dukungan sebuah imperium besar tak sanggup membuatnya berumur lebih dari satu abad.

Umur ideologi dan gerakan, apapun bentuknya, selalu ditentukan oleh kekuatan substansialnya untuk bertumbuh secara berkesinambungan. Sebab ini menentukan dalam skala waktu apa ideologi dan gerakan itu bekerja. Ideologi dan gerakan yang tidak punya potensi pertumbuhan berkesinambungan biasanya hanya akan bekerja dalam skala waktu individu, atau paling jauh, dalam skala waktu komunitas.

Pertumbuhan berkesinambungan adalah alat ukur sejarah. Sebab hanya ideologi dan gerakan yang bekerja dalam skala waktu sejarah yang akan bisa bertumbuh secara berkesinambungan. Itu sebabnya mengapa Qur'an memberi ruang yang begitu luas untuk membicarakan sejarah; biar semua kita sadar bahwa hanya ketika kita bekerja dalam skala waktu sejarah kita punya peluang untuk bertumbuh tanpa henti. [Anis Matta, sumber : Serial Pembelajaran Majalah Tarbawi edisi 248] #1

 dari :
http://www.bersamadakwah.com/2011/04/pertumbuhan-berkesinambungan.html
Read more »

Inilah Alasan Ulama Palestina Tak Khawatir Anak Gaza Terlalaikan Bola

Hampir sepanjang tahun selalu ada perhelatan sepak bola yang menyita perhatian ratusan juta orang di dunia melalui layar kaca. Mulai dari piala dunia hingga piala eropa yang kini tengah berlangsung.

Di Gaza, Palestina, kejuaraan sepak bola seperti piala Eropa juga mengundang minat warga. Para pemain seperti Samir Nasri hingga Mesut Ozil juga dikenal oleh anak-anak Gaza. Namun, ulama Palestina Syeik Mahmoud mengaku tidak khawatir sepak bola melalaikan mereka dari Al-Qur'an karena Gaza telah memiliki metode mengantisipasinya.

“Menurut kami tidak perlu dikhawatirkan, Karena kami telah memiliki pendidikan yang terprogram dengan baik. Mulai dari SD, SMP, SMA kami berikan program menghafal Al Qur’an dan disetor setiap usai sholat maghrib. Kami sadar bahwa film-film, iklan-iklan, video klip dan semua itu akan menjauhkan anak–anak kami dari Al Qur’an khususnya. Tapi yang terjadi di Gaza, masjid–masjid kami selalu ramai oleh para pemuda dan anak–anak. Masjid–masjid kami adalah tempat menghafal Al Qur’an dan rumah-rumah kamipun tempat menghafal Al Qur’an,” jelas Syeikh Mahmoud yang juga dosen di Universitas Islam Gaza saat ditanya kelompok Jurnalis Islam Bersatu (JITU), seperti dirilis Hidayatullah, Rabu (13/6).

“Pada dasarnya hukum sepakbola itu mubah, dan anak–anak sudah kami didik mengenai managemen waktu. Mereka boleh bermain bola, tapi mereka tetap diajarkan mengenai kewajiban prioritas untuk belajar dan menghafal Al Quran. Mahmoud Sarsakz itu binaan saya sejak kecil. Ia seorang hafidz Qur’an. Setiap hari ia kuliah dan hobi bermain bola, sore dia melakukan muroja’ah Qur’an, pada malam hari ia ikut dalam piket bergilir menjaga perbatasan bersama para Mujahidin Palestina,” jelas ulama Palestina lainnya, Syeikh Hani Rafiq, disambut haru oleh para peserta silahturahim di kantor redaksi Majalah Suara Hidayatullah tersebut. [IK/Hdy] #1

sumber :
http://www.bersamadakwah.com/2012/06/inilah-alasan-ulama-palestina-tak.html
Read more »

TILAWAH YAUMIYAH (1 JUZ SEHARI)

“Hendaklah anda memiliki wirid harian membaca Al – Qur’an minimal satu juz satu hari, dan berusahalah agar jangan sampai mengkhatamkan Al – Qur’an melewati satu bulan.” (Hasan Al – Banna dalam Majmuatur Rasail -Risalah Pergerakan-)
Saudaraku, sadarkah kita bahwa Al – Qur’an diturunkan oleh Allah kepada manusia agar menjadi sumber tazwid (pembekalan) bagi peningkatan ruhiy (spiritualitas), fikri (pemikiran) serta minhaji (metodologi dakwah). Sehingga jika sehari saja kita jauh dari Al – Qur’an, berarti terputuslah dalam diri kita proses tazwid tersebut. Sadarkah kita bahwa yang akan terjadi adalah proses tazwid dari selain wahyu Allah. Baik itu dari televisi, Koran, majalah, maupun yang lainnya, yang sesungguhnya akan menyebabkan ruh ringkih dan keyakinan yang melemah terhadap fikroh dan minhaj. Padahal tiga unsur ini sesungguhnya menjadi sumber energy untuk berdakwah dan berharokah. Sehingga melemahkan semangat beramal saleh dan hadir dalam halaqoh, padahal halaqoh merupakan pertemuan untuk komitmen beramal saleh. Dapat dibayangkan bagaimana jadinya kalau proses tazwid itu telah terputus sepekan, dua pekan, bahkan berbulan-bulan. Semoga Allah menjaga kita dari sikap menjadikan Al – Qur’an sebagai sesuatu yang mahjuran (ditinggalkan).
Berkatalah Rasul: “Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al – Qur’an ini suatu yang ditinggalkan.” (Q.S. Al Furqan ayat 30)
Sesungguhnya ibadah tilawah satu juz ini sudah tertuntut kepada manusia sejak dia menjadi seorang muslim. Oleh karena itu, cukup banyak orang-orang yang tanpa tarbiyah atau halaqoh, namun memiliki komitmen tilawah satu juz setiap hari, sehingga setahun khatam 12 kali (bahkan lebih, karena saat bulan Ramadhan dapat khatam lebih dari sekali). Lalu, bagaimana dengan kita, ashhabul (aktifis) harokah wad da’wah. Sudahkah keislaman kita membentuk kesadaran iltizam (komitmen) dengan ibadah ini. Ketika kita melalikannya, dapat diyakini bahwa kendalanya adalah dha’ful himmah (lemah dan kurangnya kemauan), bukan karena tidak mampu melafalkan ayat-ayat Al – Qur’an seperti anggapan kita selama ini. Yang harus dibentuk dalam hal ini bukanlah hanya sebatas mampu membaca, namun lebih dari itu, bagaimana membentuk kemampuan ini menjadi moralitas ta’abbud (penghambaan) kepada Allah, sehingga hal ini menjadi sebuah proses tazwid yang berkesinambungan sesuai dengan jauhnya perjalanan da’wah ini. Dari sini kita menjadi paham, bahwa ternyata tarbiyah adalah sebuah proses perjalanan yang beribu-ribu mil jauhnya. Entahlah berapa langkah yang sudah kita lakukan. Semoga belum mampunya kita dalam beriltizam dengan ibadah ini adalah karena masih sedikitnya jarak yang kita tempuh. Jadi yakinlah, selama ini komitmen dengan proses terbiyah, dengan seizing Allah kita akan sampai kepada kemampuan ibadah ini. Dan sekali-kali janganlah kita menutupi ketidakmampuan kita kita terhadap ibadah ini dengan berlindung dibawah waswas syaithan dengan bahasa sibuk, tidak sempat, acara terlalu padat dan lain sebagainya.
Sadarilah bahwa kesibukan kita pasti akan berlangsung sepanjang hidup kita. Apakah berarti sepanjang hidup kita, kita tidak melakukan ibadah ini hanya karena kesibukan yang tidak pernah berakhir. Kita harus berfikir serius terhadap tilawah satu juz ini, karena ia merupakan mentalitas ‘ubudiyah (penghambaan), disiplin dan menambah tsaqofah. Apalagi ketika kita sudah memiliki kesadaran untuk membangun islam dimuka bumi ini, maka kita harus menjadi batu bata yang kuat dalam bangunan ini. Al Ustadz Asy Syahid Hasan Al – Banna Rahimahullah begitu yakinya dengan sisi ini, sehingga beliau menjadikan kemampuan membaca Al – Qur’an satu juz ini sebagai syarat pertama bagi seorang yang berkeringinan membangun masyarakat Islam. Dalam nasihatnya beliau mengatakan, “Wahai saudaraku yang jujur janjinya, sesungguhnya imanmu dengan bai’at (perjanjian) ini mengharuskanmu melaksanakan kewajiban-kewajiban ini agar kamu menjadi batu bata yang kuat, (untuk itu) : “Hendaklah anda memiliki wirid harian membaca Al – Qur’an minimal satu juz setiap hari, dan berusahalah sungguh-sungguh agar jangan sampai mengkhatamkan Al – Qur’an melewati satu bulan.” Sebagaimana kita saat melakukan hijrah dari kebidupan jahiliyah kepada kehidupan Islamiyah harus banyak menelan pih pahit selema proses tarbiyah, maka jika kita sudah berazam (bertekad) untuk meningkat kepada kehidupan yang ta’abbudi (penuh nilai ibadah), maka kita harus kembali menelan banyak pil pahit tersebut.
Kita harus sadar bahwa usia dakwah yang semakin dewasa, penyebarannya yang semakin meluas dan tantangannya yang semakin variarif sangat membutuhkan manusia-manusia yang Labinatan Qowiyyatan (laksana batu bata yang kuat). Dalam hal tersebut kuncinya terdapat di dalam interaksi dengan Al – Qur’an. Sebuah proses tarbiyah yang semakin matang, dengan indikasi hati dan jiwa yang semakin bersih, secara otomatis akan menjadikan kebutuhan terhadap Al – Qur’an mengalami proses peningkatan. 

Sejarah mencatat bahwa para sahabat dan salafusshalih ketika mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Bacalah Al – Qur’an dalam satu bulan”, maka bagitu banyak yang menyikapinya sebagai sesuatu yang minimal. Bayangkan dengan diri kita yang sering menganggap tilawah satu juz itu sebagai suatu yang maksimal. Maka tugas yang sangat minimal inipun sangat sering terkurangi, bahkan tidak teramalkan dengan baik. Bagaimana mungkin kita dapat mengulang kesuksesan para sahabat dalam membangun Islam ini, jika kita tidak melakukan apa yang telah mereka lakukan (walaupun kita sadar bahwa ibadah satu juz ini bukan satu-satunya usaha di dalam berdakwah). Sebutlah Utsman Ibn Affan, Abdullah Ibn Amr Ibn Ash, Abu Hanifah dan Imam Asy-Syafi’i Radiyallahu Anhum. Mereka adalah contoh orang-orang yang terbiasa menyelesaikan bacaan Al – Qur’annya dalam waktu tiga hari sapai satu pecan. Kerena bagi mereka khatan sebulan terlalu lama untuk bertemu dengan ayat-ayat Allah. Jadi, jika seseorang rutin setiap bulan khatam, berarti hanya sekali dalam sebulan ia bertemu dengan surat Maryam, misalnya. Dapat kita bayangkan seandainya kita berlama-lama dalam mengkhatamkan Al – Qur’an. Berarti kita akan sangat jarang bertemu dengan setiap surat dari Al – Qur’an. Kalau saja tarbiyyah qur’aniyyah kita telah matang, kita akan dapat merasakan bahwa sentuhan tarbawi (pendidikan) surat al-Baqarah berbeda dengan surat Ali Imran. Begitu juga beda antara surat an-Nissa, al-Maidah dengan surat lainnya. Sehingga ketika seseorang sedang membaca an-Nissa, pasti dia akan merindukan al-Maidah. Inilah suasana tarbiyyah yang belum kita miliki yang harus dengan serius kita bangun dalam diri kita. Kita harus waspada, hangan sampai hidup ini berakhir dengan kondisi kita melalaikan ibadah tilawah satu juz. Sehingga hidup berakhir dengan kenangan penyesalan. Padahal sesunggunya kita mampu kalau kita mau menambah sedikit saja mujahadah (kesungguhan) dalam tarbiyah ini.

Kiat Mujahada dalam bertilawah satu juz:1. Berusahalah melancarkan tilawah jika anda termasuk orang yang belum lancer bertilawah, karena ukuran normal tilawah satu juz adalah 30-40 menit. Jika lebih dari itu, anda harus lebih giat berusaha melancarkan bacaan. Jika melihat durasi waktu diatas, sangat logis untuk melakukan tilawah satu juz setiap hari dari waktu dua puluh empat jam yang kita miliki. Masalahnya, bagaimana kita dapat membangun kemauan untuk 40 menit bersama Allah, sementara kita sudah terbiasa untuk 40 menit bersama televise, ngobrol dengan teman dan lain sebagainya.

2. Aturlah dalam satu halaqah, kesepakatan bersama menciptakan komitmen ibadah satu juz ini. Misalnya, bagi anggota halaqah ia tidak boleh pulang kecuali telah menyelesaikan sisa juz yang belum terbaca. Kiat ini terbukti lebih baik daripada ‘iqob (hukuman) yang terkadang hilang ruh tarbawi-nya dan tidak menghasilkan mujahadah yang berarti.

3. Lalukanlah qadha tilawah setiap kali program ini tidak berjalan. Misalnya, carilah tempat-tempat yang kondusif untuk konsentrasi bertilawah. Misalnya di mesjid atau tempat yang bagi diri kita asing. Kondisi ini akan menjadikan kita lebih sejenak untuk hidup dengan sendiri, membangun tarbiyah qur’aniyyah didalam diri kita.

4. Sering-seringlah mengadukan keinginan untuk dapat bertilawah satu juz sehari kepada Allah yang memiliki Al – Qur’an ini. Pengaduan kita yang sering kepada Allah yang sering, insya’allah menunjukkan kesungguhan kita dalam melaksanakan ibadah ini. Disinilah akan dating pertolongan Allag yang akan memudahkan pelaksanaan ibadah ini.

5.Perbanyaklah amal saleh, karena setiap amal saleh akan menglahirkan energy baru untuk amal saleh berikutnya. Sebagaimana satu maksiat akan menghasilkan maksiat yang laen jika kita tidak segera bertaubat kepada Allah. Jika saat ini kita sering berbicara tentang ri’ayah maknawiyah (memperkaya jiwa), maka sesungguhnya Imam Syahid ini adalah cara me-ri’ayah maknawiyyah yang paling efektif dan dapat kita lakukan kapan saja dan dimana saja, ditinjau dari segi apapun, ibadah ini harus dilakukan. Bagi yang yakin akan pahala Allah, maka tilawah Al – Qur’an merupakan sumber pahala yang sangat besar. Bagi yang sedang berjihad, dimana dia membutuhkan tsabat (keteguhan hati), nashrulllah (pertolongan Allah), istiqomah, sabar dan lain sebagainya, Al – Qur’an tempat meraih semua ini. Kita harus serius melihat kemampuan tarbawi dan ta’abbudi ini, agar kita tergugah untuk bangkit dari kelemahan ini.

Kendala yang harus diwaspadai:1. Perasaan menganggap sepele apabila sehari tidak membaca Al – Qur’an, sehingga berdampak tidak ada keinginan untuk segera kembali membaca Al – Qur’an.

2. Lemahnya pemahaman mengenai keutamaan membaca Al – Qur’an. Sehingga tidak termotivasi untuk bermujahadah dalam istiqomah membaca Al – Qur’an.

3. Tidak memiliki waktu wajib bersama Al – Qur’an dan terbiasa membaca Al – Qur’an sesempatnya, sehingga ketika merasa tidak sempat ditinggalkannyalah Al – Qur’an.

4. Lemahnya keinginan untuk memiliki kemampuan ibadah ini, sehingga tidak pernah memohon kepada Allah agar dimudahkan tilawah Al – Qur’an setiap hari. Materi do’a hanya berputar-putar pada kebutuhan dunia saja.

5. Terbawa oleh lingkungan disekelilingnya yang tidak memiliki perhatian terhadap ibadah Al – Qur’an ini. Rasulullah berabda, ”Kualitas dien seseorang sangat tergantung pada teman akrabnya.”

6. Tidak tertarik terhadap majelis-majelis yang menghidupkan Al – Qur’an. Padahal menghidupkan majelis-majelis Al – Qur’an adalah cara yang direkomendasikan Rasulullah agar orang beriman memiiliki ghirah berinteraksi dengan Al – Qur’an.”

Akibat tidak serius menjalankannya:1. Sedikitnya barokah dakwah atau amal jihadi kita, karena hal ini menjadi indikasi lemahnya hubungan seorang jundi pada Allah. Sehingga boleh jadi Nampak berbagai macam prosuktifitas dakwah dan amal jihadi kita, namun dikhawatirkan keberhasilan itu justru berdampak menjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

2. Kemungkinan yang lain, bahkan lebih besar, adalah tertundanya pertolongan Allah SWT dalam amal jihadi ini. Kalau jidah salafuffhalih saja tertunda kemenangannya hanya karena meninggalkan sunah bersiwak (gosok gigi), apalagi karena meninggalkan suatu amal yang bobotnya jauh lebih besar dari itu? Oleh karena itu, masalah berinteraksi dengan Al – Qur’an selalu disinggung dengan ayat-ayat jihad, seperti surat Al-Anfaal dan al-Qitaal.

3. Terjauhnya sebuah asholah (keaslian/orisinalitas) dakwah. Sejak awal dakwah ini dikumandangkan, semangatnya adalah dakwah bil qur’an. Bagaimana mungkin kita mengumandangkan dakwah bil qur’an kalau interaksi kita dengan Al – Qur’an sangat lemah? Bahkan sampai tak mencapai tingkat interaksi yang paling minim, sekedar bertilawah satu juz saja?

4. Terjauhnya sebuha dakwah yang memiliki jawwul ‘ilmi (nuansa keilmuan). Hakikat dakwah adalah meningkatkan kualitas kelimuan umat yang sumber utamanya dari Al – Qur’an. Maka minimnya kita dengan pengetahuan ke - Al – Qur’an-an akan sanagt berdampak pada lemahnya bobot ilmiyyah diniyyah (keilmuan agama) kita. Dapat dibayangkan kalu saja setiap kader beriltizam dengan manhaj tarbiyyah yang sudah ada. Lebih khusus pada kader senior. Pasti kita akan melihat potret harokah dakwah ini jauh lebih cantik dan lebih ilmiyyah.

5. Terjauhnya sebuah dakwah yang jauh dari asholatul manhaj. Bacalah semua kitab yang menjelaskan manhaj dakwah ini. Khususnya kitab Majmu’atur rosail (diterjemahkan oleh Ustadz Anis Matta dalam bahasa Indonesia dengan judul “Risalah Pergerakan”)! Anda akan dapat bigitu kental dakwah ini memberi perhatian terhadap interaksi dengan Al – Qur’an. Tidakkah kita malu ber-intima’ (menyandarkan diri) pada dakwatul ikhwah, namun kondisi kita jauh dari manhaj-nya? Semoga kita tergugah dengan tulisan ini, agar kita lebih serius lagi melaksanakan poin pertama dari pada wajibul akh (kewajiban aktiftis muslim) ini. Muhammad Perdana #1

kopas : 
http://halaqoh7.blogspot.com/2012/05/tilawah-yaumiyah-1-juz-sehari.html
Read more »

 

PKS TV Sudan