Seorang lelaki yang telah menikah setahun sebelumnya, menghadiri sebuah walimah. Pakaiannya yang rapi, wajahnya yang sumringah serta bahasa tubuhnya membuat banyak orang mengira dialah pengantinnya.
"Tampaknya kau masih seperti pengantin saja," kata salah seorang temannya.
"Dia memang lelaki yang romantis," ujar teman lainnya.
"Aku akan selalu menjadi pengantin baru." Jawab lelaki itu penuh ketenangan.
Kisah yang dikutip Muhammad Al-Khady dalam bukunya Renew Your Marriage itu sungguh luar biasa. Di saat banyak pasangan merasakan kejenuhan dalam pernikahannya, ternyata ada pasangan-pasangan yang tetap merasakan bahwa hari-hari itu laksana bulan madu.
Ketika banyak rumah tangga dihinggapi perselisihan, bahkan malam yang dingin tak mampu menyejukkan panasnya suasana hati, ternyata ada pasangan yang –meskipun sudah menikah sangat lama- merasakan terbenamnya sang surya sebagai tibanya malam pertama.
Ketika banyak suami istri tak lagi merasakan kebahagiaan karena memperturutkan kebosanan, ternyata ada suami istri yang mampu mengelola kehidupan rumah tangganya sedemikian rupa sehingga meskipun rumah tangga telah berjalan sejak belasan tahun lalu, mereka masih merasa sebagai pengantin baru.
Lalu bagaimana caranya agar pengantin lama tetap merasa sebagai pengantin baru? Berikut sebagian langkah yang perlu ditempuh oleh pasangan muslim :
1. Memperbaharui niat dan komitmen
Bisa dikatakan, inilah poin paling utama dari kunci kebahagiaan dalam kehidupan berumah tangga. Jika niat suami istri ketika menikah adalah niat yang ikhlas –memenuhi panggilan Allah, mengikuti sunnah Rasulullah, menjaga diri, memelihara kehormatan, menyalurkan "potensi" secara halal, melahirkan generasi Islami- maka lamanya pernikahan takkan membuat maknanya berkurang.
Banyak pasangan yang bermasalah karena niat awal menikah sudah bermasalah. Maka yang menjadi orientasi utama adalah kecantikan, ketampanan, tubuh yang seksi, harta, dan sejenisnya. Begitu lewat beberapa tahun kecantikan memudar, wajah tak lagi rupawan, tubuh yang seksi berubah gendut, harta berkurang... ketika alasan itu tiada, lenyap pula cinta.
Niat dan komitmen-lah yang menjelaskan mengapa orang tua dan kakek nenek kita enjoy dalam mengayuh biduk rumah tangga, sangat berbeda dengan pasangan generasi hari ini yang kerap dilanda kasus perselingkuhan hingga cerai.
2. Selalu belajar memahami pasangan
Semakin lama berumah tangga semestinya membuat kita semakin mengenal dengan lebih dalam siapa suami atau istri kita. Bagaimana karakternya, apa kesukaannya, apa yang tidak disukainya, dan sebagainya.
Dengan pemahaman yang lebih komperehensif itu semestinya kita juga lebih mudah membuat pasangan bahagia, sekaligus lebih mencintai kita. Yang sangat disayangkan, banyak orang yang egois untuk menang dengan mengalahkan orang lain, termasuk pasangan. Artinya, kita sering ingin dipahami tetapi kita tidak mau memahami. Kita ingin dicintai tetapi tidak berusaha mencintai. Kita ingin bahagia tetapi tidak berusaha membuatnya bahagia.
Mengapa kita tidak memulainya dari diri kita. Percayalah, ketika kita mencintainya dengan tulus, "gelombang" itu akan mengundang resonansi yang membawa cinta sama.
3. Selalu belajar berkeluarga lebih baik dan lebih mesra
Belajar bisa melalui pengalaman, pelatihan, atau membaca. Semakin banyak ilmu berkeluarga yang kita pelajari, insya Allah semakin banyak bekal kita. Di zaman sekarang tersedia banyak sarana; mulai dari post-wedding training (daurah pasca nikah) hingga buku-buku pernikahan dan seni komunikasi.
Banyak kasus rumah tangga terjadi karena kurangnya komunikasi dan perhatian. Seorang konsultan keluarga bercerita bahwa sejumlah kasus perselingkuhan di awali oleh timbulnya kesepian. Merasa kesepian karena suami/istrinya jarang di rumah, lebih mengutamakan karir atau alasan lain. Di saat dibutuhkan ia tiada. Di saat perlu bicara tak ada yang mendengarkan. Di saat kedingininan, selimut itu hilang entah ke mana. Dari sana segalanya bisa bermula.
4. Menjaga kualitas "hubungan" dan mencipta variasi
Kadang sebagian istri tidak peduli dengan betapa monotonnya malam mereka. Apalagi ditambah dengan tampilan yang apa adanya. Bukan berarti suami yang seperti itu tidak ada. Bisa-bisa juga sama, atau lebih banyak. Karenanya suami istri perlu memperhatikan dirinya sendiri; tubuhnya, penampilannya, baunya, dan seterusnya. Bukankah Rasulullah pernah memberi solusi kepada seorang sahabat untuk merawat penampilannya dan solusi itu mencegahnya dari perceraian? Seperti itulah seharusnya.
Dengan demikian, olah raga itu penting. Menjaga makanan sehat juga penting. Memakai parfum saat bersama suami/istri itu penting. Memilih pakaian di waktu malam juga penting. Sering orang melakukan hal terbalik. Ketika berada di luar rumah luar biasa rapi, namun ketika berduaan dengan suami/istri tampil acak-acakan.
Menjaga kualitas "hubungan" dan menciptakan variasi-variasi dalam melewati malam merupakan kunci lain agar merasa seperti pengantin baru. Untuk alasan itu, ternyata ada suami istri yang membeli "baju tidur" lebih mahal dari jubah atau gamisnya. Dan ternyata tips itu cukup mujarab menstimulasi mereka merasa seperti pengantin baru.
5. Berdoa
Ini poin yang sangat penting, tidak tergantikan. "Ud'uunii aatajib lakum." Berdoalah kepadaKu niscaya Kukabulkan, demikian firmanNya. Termasuk dalam urusan rumah tangga, berdoalah. Sebut nama dia yang kau cinta dalam doa, lalu perhatikan efeknya!
Demikian beberapa poin yang perlu dilakukan agar selalu seperti pengantin baru. Tentu, masih banyak poin lain di luar yang lima itu. Wallaahu a'lam bish shawab.
"Tampaknya kau masih seperti pengantin saja," kata salah seorang temannya.
"Dia memang lelaki yang romantis," ujar teman lainnya.
"Aku akan selalu menjadi pengantin baru." Jawab lelaki itu penuh ketenangan.
Kisah yang dikutip Muhammad Al-Khady dalam bukunya Renew Your Marriage itu sungguh luar biasa. Di saat banyak pasangan merasakan kejenuhan dalam pernikahannya, ternyata ada pasangan-pasangan yang tetap merasakan bahwa hari-hari itu laksana bulan madu.
Ketika banyak rumah tangga dihinggapi perselisihan, bahkan malam yang dingin tak mampu menyejukkan panasnya suasana hati, ternyata ada pasangan yang –meskipun sudah menikah sangat lama- merasakan terbenamnya sang surya sebagai tibanya malam pertama.
Ketika banyak suami istri tak lagi merasakan kebahagiaan karena memperturutkan kebosanan, ternyata ada suami istri yang mampu mengelola kehidupan rumah tangganya sedemikian rupa sehingga meskipun rumah tangga telah berjalan sejak belasan tahun lalu, mereka masih merasa sebagai pengantin baru.
Lalu bagaimana caranya agar pengantin lama tetap merasa sebagai pengantin baru? Berikut sebagian langkah yang perlu ditempuh oleh pasangan muslim :
1. Memperbaharui niat dan komitmen
Bisa dikatakan, inilah poin paling utama dari kunci kebahagiaan dalam kehidupan berumah tangga. Jika niat suami istri ketika menikah adalah niat yang ikhlas –memenuhi panggilan Allah, mengikuti sunnah Rasulullah, menjaga diri, memelihara kehormatan, menyalurkan "potensi" secara halal, melahirkan generasi Islami- maka lamanya pernikahan takkan membuat maknanya berkurang.
Banyak pasangan yang bermasalah karena niat awal menikah sudah bermasalah. Maka yang menjadi orientasi utama adalah kecantikan, ketampanan, tubuh yang seksi, harta, dan sejenisnya. Begitu lewat beberapa tahun kecantikan memudar, wajah tak lagi rupawan, tubuh yang seksi berubah gendut, harta berkurang... ketika alasan itu tiada, lenyap pula cinta.
Niat dan komitmen-lah yang menjelaskan mengapa orang tua dan kakek nenek kita enjoy dalam mengayuh biduk rumah tangga, sangat berbeda dengan pasangan generasi hari ini yang kerap dilanda kasus perselingkuhan hingga cerai.
2. Selalu belajar memahami pasangan
Semakin lama berumah tangga semestinya membuat kita semakin mengenal dengan lebih dalam siapa suami atau istri kita. Bagaimana karakternya, apa kesukaannya, apa yang tidak disukainya, dan sebagainya.
Dengan pemahaman yang lebih komperehensif itu semestinya kita juga lebih mudah membuat pasangan bahagia, sekaligus lebih mencintai kita. Yang sangat disayangkan, banyak orang yang egois untuk menang dengan mengalahkan orang lain, termasuk pasangan. Artinya, kita sering ingin dipahami tetapi kita tidak mau memahami. Kita ingin dicintai tetapi tidak berusaha mencintai. Kita ingin bahagia tetapi tidak berusaha membuatnya bahagia.
Mengapa kita tidak memulainya dari diri kita. Percayalah, ketika kita mencintainya dengan tulus, "gelombang" itu akan mengundang resonansi yang membawa cinta sama.
3. Selalu belajar berkeluarga lebih baik dan lebih mesra
Belajar bisa melalui pengalaman, pelatihan, atau membaca. Semakin banyak ilmu berkeluarga yang kita pelajari, insya Allah semakin banyak bekal kita. Di zaman sekarang tersedia banyak sarana; mulai dari post-wedding training (daurah pasca nikah) hingga buku-buku pernikahan dan seni komunikasi.
Banyak kasus rumah tangga terjadi karena kurangnya komunikasi dan perhatian. Seorang konsultan keluarga bercerita bahwa sejumlah kasus perselingkuhan di awali oleh timbulnya kesepian. Merasa kesepian karena suami/istrinya jarang di rumah, lebih mengutamakan karir atau alasan lain. Di saat dibutuhkan ia tiada. Di saat perlu bicara tak ada yang mendengarkan. Di saat kedingininan, selimut itu hilang entah ke mana. Dari sana segalanya bisa bermula.
4. Menjaga kualitas "hubungan" dan mencipta variasi
Kadang sebagian istri tidak peduli dengan betapa monotonnya malam mereka. Apalagi ditambah dengan tampilan yang apa adanya. Bukan berarti suami yang seperti itu tidak ada. Bisa-bisa juga sama, atau lebih banyak. Karenanya suami istri perlu memperhatikan dirinya sendiri; tubuhnya, penampilannya, baunya, dan seterusnya. Bukankah Rasulullah pernah memberi solusi kepada seorang sahabat untuk merawat penampilannya dan solusi itu mencegahnya dari perceraian? Seperti itulah seharusnya.
Dengan demikian, olah raga itu penting. Menjaga makanan sehat juga penting. Memakai parfum saat bersama suami/istri itu penting. Memilih pakaian di waktu malam juga penting. Sering orang melakukan hal terbalik. Ketika berada di luar rumah luar biasa rapi, namun ketika berduaan dengan suami/istri tampil acak-acakan.
Menjaga kualitas "hubungan" dan menciptakan variasi-variasi dalam melewati malam merupakan kunci lain agar merasa seperti pengantin baru. Untuk alasan itu, ternyata ada suami istri yang membeli "baju tidur" lebih mahal dari jubah atau gamisnya. Dan ternyata tips itu cukup mujarab menstimulasi mereka merasa seperti pengantin baru.
5. Berdoa
Ini poin yang sangat penting, tidak tergantikan. "Ud'uunii aatajib lakum." Berdoalah kepadaKu niscaya Kukabulkan, demikian firmanNya. Termasuk dalam urusan rumah tangga, berdoalah. Sebut nama dia yang kau cinta dalam doa, lalu perhatikan efeknya!
Demikian beberapa poin yang perlu dilakukan agar selalu seperti pengantin baru. Tentu, masih banyak poin lain di luar yang lima itu. Wallaahu a'lam bish shawab.
COPAS FROM :
http://www.bersamadakwah.com/2011/11/agar-selalu-seperti-pengantin-baru.html
0 komentar:
Post a Comment