Seorang Profesor pakar Sosiologi, terkejut melihat hasil survei yang
dilakukan bersama mahasiswanya. Survei yang dilakukan terhadap pria
dewasa yang kini hidup sukses menunjukkan hasil yang jauh dari
hipotesanya. Orang yang disurvei dulunya juga pernah diwawancara saat
mereka hidup di kampung kumuh dua puluh lima tahun lampau.
Survei awal, dua puluh lima tahun silam, sang professor hampir
menyimpulkan bahwa anak-anak yang dulunya tinggal di kawasan kumuh
takkan bisa memiliki masa depan yang cerah. Biasanya lingkungan yang
buruk bagi anak akan menghantar pada masa depan suram bagi mereka.
Umumnya saat mereka dewasa, hampir semuanya menikmati kehidupan di
penjara.
Hal ini tak terjadi anak pada hasil survei yang dilakukannya di
kampung kumuh itu. Hasilnya, dua puluh lima tahun kemudian, anak-anak
yang tumbuh dan besar di lingkungan kumuh tidak hidup sebagai kriminal
dan pesakitan. Ternyata hanya empat anak dari 190 anak yang di survei
dulu, yang masuk penjara. Sisanya hidup normal dan tidak menjadi sampah
masyarakat.
Teori dan asumsi Sang Profesor meleset. Dia menduga pasti ada sosok dalam hidup mereka yang bisa merubah kondisi umum ini. Pasti ada orang yang telah memberi arahan, motivasi dan inspirasi sehingga mereka menghindari kehidupan kriminal.
Teori dan asumsi Sang Profesor meleset. Dia menduga pasti ada sosok dalam hidup mereka yang bisa merubah kondisi umum ini. Pasti ada orang yang telah memberi arahan, motivasi dan inspirasi sehingga mereka menghindari kehidupan kriminal.
Dia kemudian mencari tahu siapa orang yang berhasil memberi inspirasi
dalam hidup mereka. Hampir semua anak-anak yang disurvei yang kini
sudah dewasa sangat mengingat sosok seorang guru SMP mereka, Bu Chysan.
Sang profesor kemudian mencari tahu dimana alamat Bu Chrysan.
Saat Sang Profesor bertemu, dia melihat Bu Chrysan adalah sosok tua
yang sederhana. Sang profesor menanyakan apa rahasianya hingga Bu Chysan
bisa membawa perubahan hidup yang luar biasa bagi murid-muridnya,
anak-anak lingkungan kumuh itu. Bu Chysan terdiam lama.
”Yang saya tahu, saya hanya mendidik mereka dengan cinta dan saya sangat mencintai mereka.”
Sang Profesor mengangguk paham. Dia mengucapkan terima kasih dan
berpamitan pada Bu Chrysan. Bagi Sang Profesor ini adalah bagian
terdalam dari ilmu yang pernah diselaminya selama ini.
***
Sahabat, cinta memiliki kekuatan yang luar biasa dalam merubah
kehidupan dan anggapan umum. Cinta tak bisa direka dengan teori, tak
bisa diformulasikan dengan pengetahuan dan tak bisa disimpulkan secara
ilmiah. Cinta berproses dan berjalan sesuai dengan kerumitannya, serumit
kita membaca hati seseorang yang selalu berbolak-balik. Ibu dan guru
adalah sosok nyata di dunia ini yang mengajarkan pada manusia tentang
bagaimana menginspirasi hidup dengan cinta.
Mendidik dengan cinta, semoga menjadi bagian dari karakter kita dalam
menjalankan amanah dari-Nya berupa anak, murid, mahasiswa, pasien dan
masyarakat.
Diadopsi dari Sebuah Cerita dalam Buku Everyday Greatness Karya David K. Hatch
sumber : http://halaqohdakwah.wordpress.com/2011/01/04/mendidik-dengan-cinta/
0 komentar:
Post a Comment