Komisi I Belum Izinkan Pemerintah Beli Tank Dari Belanda
RMOL.Rencana pemerintah memperkuat dan memodernisasi alat utama sistem pertahanan (alutsista) sepertinya tidak berjalan mulus. Indonesia berencana menambah kekuatan militernya dengan membeli 100 tank Leopard bekas dari Belanda.
Namun niat ini ditentang keras DPR. Bahkan di negeri asalnya sendiri rencana pembelian itu mendapat gelombang penolakan besar.
Kalangan DPR beralasan, bobot tank lebih dari 60 ton itu juga dianggap tidak taktis dan kurang cocok dengan kondisi Indonesia yang merupakan negara kepulauan dan bertanah gembur.
Sedangkan Belanda menolak menjual tank Leopard ke Indonesia. karena Parlemen Belanda khawatir kalau tank tersebut digunakan untuk pelanggaran HAM. Karena pelanggaran HAM di Indonesia masih sangat tinggi.
Untuk diketahui, Kemenhan telah menyiapkan Rp 150 triliun untuk belanja lima tahun ke depan yang akan dialokasikan untuk tiga pos penting, terutama terkait dengan peremajaan Alutsista.
Ketiga pos penting itu yaitu, Rp 50 triliun dana on top untuk percepatan Minimum Essential Force (MEF), Rp 55 triliun untuk alutsista, dan Rp 45 triliun untuk pemeliharaan dan perawatan. Dan sebagian dana itu, akan digunakan berbelanja pada tahun 2012 ini.
Untuk 2012, Kemenhan mengalokasikan belanja TNI seperti, belanja TNI Angkatan Darat (TNI AD) diantaranya, pembelian Main Battle Tank, senjata anti altileri berupa roket, multiple launcher rocket system, dan meriam armed dengan fokus meriam kaliber 150 mm.
TNI AD juga berencana membeli senjata artileri pertahanan udara yang difokuskan pada peluru kendali dan helikopter yang difokuskan pada helikopter serbu dan serang, serta Panser yang akan dibuat PT Pindad.
Sedangkan belanja TNI Angkatan Udara (TNI AU) berupa pembelian Senjata anti pesawat udara, pesawat tempur F16, helikopter Cougar 735 sejenis Super Puma, dan Hercules sebanyak empat unit dari Australia.
TNI Angkatan Laut (TNI AL) akan membeli Sea Rider, Fastboat Patrol, Kapal Perusak, Hidro Oceanic, Kapal Latih untuk pengganti KRI Dewarutji. Selain itu, ada juga kapal-kapal administrasi, seperti kapal angkutan tank dan minyak, serta kapal selam.
Khusus untuk pembelian Leopard, Kemenhan berencana membeli 50 unit tipe 2A4 dan 50 unit tipe 2A6. Untuk tipe 2A4 harganya 700.000 euro atau sekitar Rp 8 miliar per unit, dan tipe 2A6 seharga 800.000 euro atau setara dengan Rp 9,2 miliar. Untuk pembelian tank tersebut Kemenhan akan menyisihkan anggaran 2012.
Dalam rapat kerja dengan Komisi I DPR dan Panglima TNI di Gedung DPR, Selasa lalu, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan, akan menggunakan alokasi peningkatan anggaran Kemenhan 2012 sebesar Rp 72,5 triliun untuk berbagai keperluan bagi peningkatan kemampuan dan modernisasi alutsista TNI.
Menurutnya, dana anggaran Kemenhan 2012 akan digunakan untuk meningkatkan pemberdayaan wilayah dalam menghadapi ancaman, peningkatan penerapan sistem pertahanan, dan peningkatan personel Kementerian Pertahanan, serta mewujudkan sistem tekhnologi pertahanan yang mutakhir dan kemanunggulangan TNI dengan rakyat.
Dijelaskan, realisasi dari penggunaan anggaran pagu 2012 ini dengan sasaran terwujudnya postur dan struktur pertahanan Kemenhan sebesar 28,7 persen dari kekuatan minimum untuk melaksanakan operasi yang memiliki efek getar.
Anggaran sebesar itu juga untuk mendukung pemberdayagunaan industri pertahanan strategis dalam negeri untuk mendukung alutsista bagi TNI sebesar 15,8 persen dari akuisisi alutsista TNI tahun 2012 ini.
“Dari anggaran 2012 ini kita akan membangun 25 pos pertahanan baru di perbatasan darat dan terbangunnya 5 pos di perbatasan di pulau terdepan terluar beserta penggelaran kekuatan prajurit. Peningkatan di 2012 itu juga akan digunakan untuk meningkatkan komponen cadangan dan komponen pendukung. Dengan upaya untuk mencapai kemampuan TNI, peningkatan kemampuan intelejen,” paparnya.
Selain itu, peningkatan alokasi anggaran pada 2012 juga akan digunakan untuk terlaksananya pencapaian sasaran kekuatan Kemenhan, terlaksananya outcome organisasi, memaksimalkan peran personil, peningkatan material fasilitas dan jasa, pengembangan sistem dan metode, sekaligus peningkatan pendidikan dan pelatihan prajurit.
Selanjutnya, peningkatan anggaran 2012 ini, menurut Purnomo, juga akan digunakan untuk mendukung pengembangan teknologi pesawat tempur KFX/ IFX , Panser Canon, dan kapal kawal perusak rudal. “Pencapaian ini akan meningkatkan kemandirian alutsista bagi TNI dari kuantitas, kualitas dan variasinya,” tegasnya.
Di tempat yang sama, Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono menjelaskan, rencana pembelian 100 tank Leopard dari Belanda belum final. Rencana tersebut masih dibahas antara pemerintah dengan Komisi I DPR. Menurutnya, tidak hanya jenis Leopard, saat ini TNI membutuhkan tank main battle tank dengan spesifikasi untuk di medan berat. Oleh karena itu, TNI mengajukan pembelian tank Leopard sebagai salah satu kebutuhan.
Meskipun belum diputuskan, Agus meminta masyarakat tidak menilai seolah pemerintah dan DPR tidak saling setuju soal rencana tersebut.
“Jangan dijadikan isu yang seolah-olah DPR dan pemerintah saling tidak setuju. Kita masih diskusikan bagaimana kebutuhan main battle tank bisa terpenuhi” pintanya.
Sebelumnya, Menhan Purnomo Yusgiantoro mengatakan, Indonesia sedang mengincar alutsista bekas dari negara-negara Eropa dengan harga murah. Pertimbangannya, negara-negara Eropa dalam kondisi krisis keuangan, sehingga akan mengurangi alutsista.
Rencana itu kemudian ditindaklanjuti dengan rencana pembelian 100 tank Leopard dari Belanda. Menurut Purnomo, lembaganya hanya merealisasi permintaan Mabes TNI AD.
Dipake Jerman di Perang Kosovo
Keunggulan Tank Leopard menjadi polemik antara pemerintah Indonesia dengan sejumlah politisi di Senayan. Padahal, Leopard 2A6 buatan Jerman menjadi salah satu tank terbaik di dunia, dan kini sudah diproduksi 3.480 unit.
Keampuhannya telah dibuktikan dalam beberapa medan tempur. Angkatan Darat Jerman pertama kali menggunakan Leopard dalam perang di Kosovo. Kanada dan Denmark juga menggunakannya dalam perang di Afganistan.
Tank tempur utama Jerman ini merupakan pengembangan dari Leopard 1, dikembangkan oleh Krauss-Maffei pada awal 1970. Tank ini pertama kali digunakan pada 1979. Dan kini sudah lebih dari 3.480 Leopard 2 telah diproduksi. Beberapa negara telah lama memilikinya.
Kendaraan tempur ini dapat diisi 4 orang yakni komandan, penembak, pengisi peluru, dan sopir. Mesinnya, diesel MTU turbocharged dengan 1.500 tenaga kuda. Tank berbobot 62,3 ton ini memiliki panjang 7,7 meter, lebar 3,7 meter, dan tinggi 3 meter.
Dalam hal perlindungan, daya tembak dan mobilitas, Leopard lebih hebat dibandingkan tank ternama seperti Abrams M1A2, Challenger 2, dan Leclerc.
Dengan baja generasi terbaru menjadikan Leopard 2A6 tahan serangan musuh. Untuk persenjataan, Leopard 2A6 menggunakan kanon Rheinmetall kaliber 120 mm. Senjata ini dirakit sesuai dengan standar NATO. Tank ini juga memiliki persenjataan sekunder berupa senapan mesin kaliber 7,62 mm.
Berdasarkan catatan, Jerman memiliki 2.350 buah tank Leopard dari berbagai varian. Namun, dari jumlah itu, 408 Leopard yang aktif digunakan. Sedangkan sisanya disimpan dan dijual paska perang dingin.
Belanda sendiri memiliki 445 unit Tank Leopard. Namun, dari jumlah itu hanya 82 yang aktif dan 26 masih di gudang penyimpanan, serta 1 buah tank rusak. Belanda juga banyak menjual tank jenis ini paska perang dingin.
Negara-negara lain yang memiliki Leopard 2 adalah Austria yang memiliki 114 tank bekas Belanda. Kanada juga memiliki 20 unit, dimana 20 di antaranya disewa dari Jerman untuk perang Afganistan dan 5 dibeli dari Jerman untuk suku cadang.
Chili memiliki 132 unit tank bekas Jerman. Denmark (51 tank bekas Jerman), Finlandia (124 tank bekas Jerman), Norwegia (52 tank bekas Belanda), Polandia (128 tank bekas Jerman), Portugal (37 tank bekas Belanda), Singapura (96 tank bekas Jerman termasuk 30 tank sebagai suku cadang), Spanyol (327 tank, 108 diantaranya bekas Jerman dan sisanya baru), Turki (339 tank bekas Jerman), dan Yunani yang memiliki 353 tank.
Semua Negara Pakai Broker
Hermawan Sulistyo, Pengamat LIPI
Pengamat militer dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Hermawan Sulistyo mencurigai adanya permainan mafia anggaran dalam rencana pemerintah untuk pembelian tank Leopard bekas Belanda sebanyak 100 unit. Menurutnya, rencana itu tak hanya melibatkan antar pemerintah saja, melainkan pihak ketiga. “Ini sudah ada mafianya, semua negara harus pakai broker. Amerika juga pakai kok,” katanya, kemarin.
Dijelaskan, dalam industri pertahanan dunia sudah diatur dalam Military Industrial Complex (MIC). Pemerintah di dunia harus melibatkan pihak lain dalam jual beli persenjataan.
Oleh karena itu, Hermawan mendesak pemerintah sebaiknya memberdayakan perusahaan senjata dalam negeri, seperti PT Pindad. Tapi langkah ini memang butuh keberanian pemerintah.
Dia mencontohkan, negara tetangga Malaysia saja membeli kendaraan militer lapis baja dari Indonesia. Kenapa Indonesia tidak mau mengembangkan industri militernya sendiri?
“Malaysia saja ngambil Anoa (kendaraan militer lapis baja) dari Indonesianya, pemesannya banyak,” ungkapnya.
Namun, jika pemerintah berani mengambil resiko dan mendukung penuh pengembangan industri alutsista. Hermawan optimis industri militer dalam negeri mampu bersaing dengan tank Leopard buatan Jerman. “Kalau berani kembangin aja Pindad, kita mampu. Dulu kita punya roket Sura, bagus kok, dibeli dimana-mana,” tandasnya.
Semua Fraksi Bulat Tolak Usulan Pemerintah
Komisi I DPR bersuara bulat menolak niat pemerintah yang akan membeli 100 tank bekas Leopard dari Belanda. Pasalnya, rencana pemerintah pemerintah dianggap tidak memperhatikan kondisi dan geografis Indonesia.
Ketua Fraksi Komisi I DPR Mahfudz Siddiq mengatakan, pembelian 100 tank Leopard tersebut tidak akan berfungsi dengan baik jika tidak didukung dengan pertahanan di laut dan udara.
Setelah mempertimbangkan segala aspek, Komisi I menyatakan menolak rencana pembelian tank Leopard itu. “Komisi I berpandangan tidak cocok untuk Indonesia. Saya tidak tahu apakah TNI memaksakan membeli tank. Kalau dipaksakan, menjadi tanda tanya sendiri,” katanya, kemarin.
Politisi asal PKS ini mengusulkan, pemerintah tak perlu membeli tank Leopard bekas dari Belanda untuk memperkuat alutsista. Semestinya, pemerintah dapat membantu mengembangkan alutsista dalam negeri, dengan cara mendukung PT Dirgantara Indonesia (PT DI) untuk membuat tank.
Usulan ini diamini anggota Komisi I DPR lainnya dari Fraksi PDIP Tritamtomo menyatakan pengadaan barang dan jasa di lingkungan TNI/Polri seharusnya mengutamakan produk dalam negeri. Kemudian, pembangunan alutsista ini harus berbarengan dengan sistem pembekalan prajurit sehingga bisa membentuk TNI yang kuat dan professional.
Ahmad Muzani dari Fraksi Gerindra mengatakan, ada tiga hal penting yang harus diperhatikan pemerintah, yaitu, pertama, kondisi tank bekas yang dibeli dari Belanda. Padahal tank tersebut buatan Jerman. Kedua, bobot Leopard yang sangat berat akan merusak jalan dan jembatan. Ketiga, pemerintah dianggap tidak bisa menempatkan dan memanfaatkan Leopard sesuai dengan fungsinya.
Pasalnya, tank tempur tersebut rencananya akan ditempatkan di pulau Jawa, terutama di ibukota dan kota-kota besar. Semestinya, pemerintah menempatkan tank tersebut di daerah perbatasan.
Adjeng Ratna Suminar dari Fraksi Demokrat menyatakan, rencana pemerintah itu tidak sesuai dengan kondisi prajurit TNI di daerah-daerah yang masih jauh dari sejahtera. Dia mempertanyakan apa sebenarnya tujuan pembelian tank Leopard? “Apakah ini hanya sekadar keren-kerenan, sementara banyak prajurit TNI yang hidupnya nelangsa. Jauh dari sejahtera,” sesalnya.
Hal senada disampaikan Susaningtyas Nefo Handayani dari Fraksi Hanura mempertanyakan alasan pembelian Leopard. “Apakah leopard ini sudah sesuai dengan apa yang kita butuhkan? Apa sesuai dengan kondisi kita?” katanya.
Enggartiasto Lukita dari Fraksi Golkar menyayangkan sikap pemerintah yang terkesan ngotot membeli tank Leopard. Menurutnya, yang paling penting adalah kesejahteraan prajurit. [Harian Rakyat Merdeka]
0 komentar:
Post a Comment