06 February, 2012

Tangguh Di Medan Perang Leopard Bisa Rusak Jalan

Komisi I Belum Izinkan Pemerintah Beli Tank Dari Belanda

RMOL.Rencana pemerintah memperkuat dan memodernisasi alat utama sistem pertahanan (alutsista) sepertinya tidak berjalan mulus. Indonesia berencana menambah kekuatan militernya dengan membeli 100 tank Leopard bekas dari Belanda.

Namun niat ini ditentang keras DPR. Bahkan di negeri asalnya sen­diri rencana pembelian itu mendapat gelombang penolakan besar.
Kalangan DPR beralasan, bobot tank lebih dari 60 ton itu juga di­anggap tidak taktis dan kurang co­cok dengan kondisi Indonesia yang merupakan negara kepu­lauan dan bertanah gembur.
Sedangkan Belanda menolak menjual tank Leopard ke Indone­sia. karena Parlemen Belanda kha­watir kalau tank tersebut di­gu­nakan untuk pelanggaran HAM. Karena pelanggaran HAM di Indonesia masih sangat tinggi.
Untuk diketahui, Kemenhan telah menyiapkan Rp 150 triliun untuk belanja lima tahun ke de­pan yang akan dialokasikan untuk ti­ga pos penting, terutama terkait dengan peremajaan Alutsista.
Ketiga pos penting itu yaitu,  Rp 50 triliun dana on top untuk percepatan Minimum Essential Force (MEF), Rp 55 triliun untuk alutsista, dan Rp 45 triliun untuk pemeliharaan dan perawatan. Dan sebagian dana itu, akan di­gunakan berbelanja pada tahun 2012 ini.
Untuk 2012, Kemenhan meng­alokasikan belanja TNI seperti, belanja  TNI Angkatan Darat (TNI AD) diantaranya, pem­belian Main Battle Tank, senjata anti altileri berupa roket, multiple launcher rocket system, dan meriam armed dengan fokus me­riam kaliber 150 mm.
TNI AD juga berencana mem­beli senjata artileri pertahanan udara yang difokuskan pada pelu­ru kendali dan helikopter yang difokuskan pada helikopter serbu dan serang, serta Panser yang akan dibuat PT Pindad.
Sedangkan belanja TNI Ang­katan Udara (TNI AU) berupa pem­belian Senjata anti pesawat udara, pesawat tempur F16, heli­kopter Cougar 735 sejenis Super Puma, dan Hercules sebanyak empat unit dari Australia.
TNI Angkatan Laut (TNI AL) akan membeli Sea Rider, Fas­tboat Patrol, Kapal Perusak, Hidro Oceanic, Kapal La­tih untuk peng­ganti KRI De­warutji. Selain itu, ada juga ka­pal-kapal administrasi, seperti ka­pal angkutan tank dan minyak, serta kapal selam.
Khusus untuk pembelian Leo­pard, Kemenhan berencana mem­beli 50 unit tipe 2A4 dan 50 unit tipe 2A6. Untuk  tipe 2A4 harganya 700.000 euro atau sekitar Rp 8 miliar per unit, dan tipe 2A6 seharga 800.000 euro atau setara dengan Rp 9,2 miliar. Untuk pembelian tank ter­sebut Kemenhan akan menyi­sihkan anggaran 2012.
Dalam rapat kerja dengan Komisi I DPR dan Panglima TNI di Gedung DPR, Selasa lalu, Men­teri Pertahanan Purnomo Yus­giantoro mengatakan, akan menggunakan alokasi pening­ka­tan anggaran Kemenhan 2012 sebesar Rp 72,5 triliun untuk ber­ba­gai keperluan bagi peningkatan kemampuan dan modernisasi alutsista TNI.
Menurutnya, dana anggaran Ke­menhan 2012 akan digunakan untuk meningkatkan pember­dayaan wilayah dalam mengha­dapi anca­man, peningkatan pene­rapan sis­tem pertahanan, dan pe­ning­katan personel Kemen­terian Pertaha­nan, serta mewu­judkan sistem tekhnologi perta­hanan yang mutakhir dan  kemanu­nggulang­an TNI dengan rakyat.
Dijelaskan, realisasi dari peng­gu­naan anggaran pagu 2012 ini dengan sasaran terwujudnya pos­tur dan struktur pertahanan Ke­menhan sebesar 28,7 persen dari kekuatan minimum untuk me­laksanakan operasi yang me­miliki efek getar.
Anggaran sebesar itu juga untuk mendukung pemberda­yagunaan industri pertahanan stra­tegis dalam negeri untuk men­dukung alutsista bagi TNI sebesar 15,8 persen dari akuisisi alutsista TNI tahun 2012 ini.
“Dari anggaran 2012 ini kita akan membangun 25 pos perta­hanan baru di perbatasan darat  dan terbangunnya 5 pos di perba­tasan di pulau terdepan terluar beserta penggelaran kekuatan prajurit. Peningkatan di 2012 itu juga  akan digunakan untuk me­ningkatkan komponen cadang­an dan komponen pendukung. De­ngan upaya untuk mencapai kemampuan TNI, peningkatan kemampuan intelejen,” paparnya.
Selain itu, peningkatan alokasi anggaran pada 2012 juga akan digunakan untuk terlaksananya pencapaian sasaran kekuatan Ke­menhan, terlaksananya outcome organisasi, memaksimalkan pe­ran personil, peningkatan mate­rial fasilitas dan jasa, pengem­ba­ngan sistem dan metode, sekali­gus peningkatan pendidikan dan pelatihan prajurit.
Selanjutnya, peningkatan ang­garan 2012 ini, menurut Purno­mo, juga akan digunakan untuk mendukung pengembangan tek­nologi pesawat tempur KFX/ IFX , Panser Canon, dan kapal ka­wal pe­rusak rudal. “Penca­pai­an ini akan meningkatkan ke­mandirian alutsista bagi TNI dari kuantitas, kualitas dan varia­sinya,” te­gas­nya.
Di tempat yang sama, Pangli­ma TNI Laksamana Agus Suhar­tono menjelaskan, rencana pem­be­lian 100 tank Leopard dari Be­landa belum final. Rencana ter­sebut masih dibahas antara pe­merintah dengan Komisi I DPR. Menurutnya, tidak hanya jenis Leopard, saat ini TNI mem­bu­tuhkan tank main battle tank dengan spesifikasi untuk di me­dan berat. Oleh karena itu, TNI mengajukan pembelian tank Leo­pard sebagai salah satu ke­butuhan.
Meskipun belum diputuskan, Agus meminta masyarakat tidak menilai seolah pemerintah dan DPR tidak saling setuju soal rencana tersebut.
“Jangan dijadikan isu yang seolah-olah DPR dan pemerin­tah saling tidak setuju. Kita ma­sih diskusikan bagaimana ke­butuhan main battle tank bisa terpenuhi” pintanya.
Sebelumnya, Menhan Purno­mo Yusgiantoro mengatakan, In­do­nesia sedang mengincar alut­sista bekas dari negara-negara Ero­pa de­ngan harga murah. Per­timba­ngannya, negara-negara Ero­pa da­lam kondisi krisis keua­ngan, se­hing­ga akan mengurangi alutsista.
Rencana itu kemudian ditin­dak­lanjuti dengan rencana pem­belian 100 tank Leopard dari Be­landa. Menurut Purnomo, lem­baganya hanya merealisasi per­mintaan Mabes TNI AD.
Dipake Jerman di Perang Kosovo
Keunggulan Tank Leopard menjadi polemik antara pe­merintah Indonesia dengan se­jumlah politisi di Senayan. Padahal, Leopard 2A6 buatan Jerman menjadi salah satu tank terbaik di dunia, dan kini sudah diproduksi 3.480 unit.
Keampuhannya telah dibukti­kan dalam beberapa medan tem­pur. Angkatan Darat Jerman per­tama kali menggunakan Leopard dalam perang di Kosovo. Kanada dan Denmark juga menggu­na­kannya dalam perang di Afganistan.
Tank tempur utama Jerman ini merupakan pengembangan dari Leopard 1, dikembangkan oleh Krauss-Maffei pada awal 1970. Tank ini pertama kali digunakan pada 1979. Dan kini sudah lebih dari 3.480 Leopard 2 telah dipro­duksi. Beberapa negara telah lama memilikinya.
Kendaraan tempur ini dapat diisi 4 orang yakni komandan, pe­nembak, pengisi peluru, dan so­pir. Mesinnya, diesel MTU tur­bocharged dengan 1.500 tenaga kuda. Tank berbobot 62,3 ton ini memiliki panjang 7,7 meter, lebar 3,7 meter, dan tinggi 3 meter.
Dalam hal perlindungan, daya tembak dan mobilitas, Leopard lebih hebat dibandingkan tank ternama seperti Abrams M1A2, Challenger 2, dan Leclerc.
Dengan baja generasi terbaru menjadikan Leopard 2A6 tahan se­ra­ngan musuh. Untuk persenja­taan, Leopard 2A6 menggunakan ka­non Rheinmetall kaliber 120 mm. Senjata ini dirakit sesuai de­ngan standar NATO. Tank ini ju­ga me­miliki persenjataan sekun­der be­ru­pa senapan mesin kaliber 7,62 mm.
Berdasarkan catatan, Jerman memiliki 2.350 buah tank Leo­pard dari berbagai varian. Na­mun, dari jumlah itu, 408 Leo­pard yang aktif digunakan. Se­dangkan sisanya disimpan dan dijual paska perang dingin.
Belanda sendiri memiliki 445 unit Tank Leopard. Namun, dari jumlah itu hanya 82 yang aktif dan 26 masih di gudang penyim­panan, serta 1 buah tank rusak. Be­landa juga banyak menjual tank jenis ini paska perang dingin.
Negara-negara lain yang me­miliki Leopard 2 adalah Aus­tria yang memiliki 114 tank bekas Be­landa. Kanada juga memiliki 20 unit, dimana 20 di antaranya disewa dari Jerman untuk perang Afganistan dan 5 dibeli dari Jerman untuk suku cadang.
Chili memiliki 132 unit tank be­kas Jerman. Denmark (51 tank be­kas Jerman), Finlandia (124 tank bekas Jerman), Norwegia (52 tank bekas Belanda), Polan­dia (128 tank be­kas Jerman), Portugal (37 tank be­kas Belanda), Singapura (96 tank be­kas Jerman termasuk 30 tank se­bagai suku cadang), Spanyol (327 tank, 108 diantaranya bekas Jer­man dan sisanya baru), Turki (339 tank bekas Jerman), dan Yunani yang memiliki 353 tank.
Semua Negara Pakai Broker
Hermawan Sulistyo, Pengamat LIPI
Pengamat militer dari Lem­baga Ilmu Pengetahuan Indo­nesia (LIPI) Hermawan Sulis­tyo mencurigai adanya per­mainan mafia anggaran dalam rencana pemerintah untuk pembelian tank Leopard bekas Belanda sebanyak 100 unit. Menurutnya, rencana itu tak hanya melibatkan antar peme­rintah saja, melainkan pihak ketiga. “Ini sudah ada mafia­nya, semua negara harus pakai broker. Amerika juga pakai kok,” katanya, kemarin.
Dijelaskan, dalam industri pertahanan dunia sudah diatur dalam Military Industrial Com­plex (MIC). Pemerintah di du­nia harus melibatkan pihak lain dalam jual beli persenjataan.
Oleh karena itu, Hermawan mendesak pemerintah sebaik­nya memberdayakan perusa­haan senjata dalam negeri, seperti PT Pindad. Tapi langkah ini memang butuh keberanian pemerintah.
Dia mencontohkan, negara tetangga Malaysia saja mem­beli kendaraan militer lapis baja dari Indonesia. Kenapa Indo­nesia tidak mau mengem­bang­kan industri militernya sendiri?
“Malaysia saja ngambil Anoa (kendaraan militer lapis baja) dari Indonesianya, pemesannya banyak,” ungkapnya.
Namun, jika pemerintah be­rani mengambil resiko dan men­dukung penuh pengem­ba­ngan industri alutsista. Herma­wan optimis industri militer da­lam negeri mampu bersaing de­ngan tank Leopard buatan Jer­man. “Kalau berani kemba­ngin aja Pindad, kita mampu. Dulu kita punya roket Sura, bagus kok, dibeli dimana-mana,” tan­dasnya.
Semua Fraksi Bulat Tolak Usulan Pemerintah
Komisi I DPR bersuara bulat menolak niat pemerintah yang akan membeli 100 tank bekas Leopard dari Belanda. Pasal­nya, rencana pemerintah peme­rintah dianggap tidak mem­per­hatikan kondisi dan geo­grafis Indonesia.
Ketua Fraksi Komisi I DPR Mahfudz Siddiq mengatakan, pembelian 100 tank Leopard tersebut tidak akan berfungsi dengan baik jika tidak didu­kung dengan pertahanan di laut dan udara.
Setelah mempertimbangkan segala aspek, Komisi I menya­takan menolak rencana pem­belian tank Leopard itu. “Ko­misi I berpandangan tidak co­cok untuk Indonesia. Saya tidak tahu apakah TNI memaksakan membeli tank. Kalau dipaksa­kan, menjadi tanda tanya sen­diri,” katanya, kemarin.
Politisi asal PKS ini mengu­sulkan, pemerintah tak perlu membeli tank Leopard bekas dari Belanda untuk memper­kuat alutsista. Semestinya, pe­merin­tah dapat membantu mengem­bangkan alutsista da­lam negeri, dengan cara men­du­kung PT Dirgantara Indo­nesia (PT DI) untuk membuat tank.
Usulan ini diamini anggota Komisi I DPR lainnya dari Frak­si PDIP Tritamtomo me­nya­­ta­­kan pengadaan barang dan jasa di lingkungan TNI/Pol­ri seharusnya menguta­ma­kan produk dalam negeri. Ke­mudian, pembangunan alutsista ini harus berbarengan dengan sistem pembekalan prajurit sehingga bisa membentuk TNI yang kuat dan professional.
Ahmad Muzani dari Fraksi Gerindra mengatakan, ada tiga hal penting yang harus diper­hatikan pemerintah, yaitu, per­ta­ma, kondisi tank bekas yang dibeli dari Belanda. Pada­hal tank tersebut buatan Jerman. Ke­­dua, bobot Leopard yang sangat berat akan merusak jalan dan jembatan. Ketiga, peme­rin­tah dianggap tidak bisa me­nem­patkan dan memanfaat­kan Leo­pard sesuai dengan fung­sinya.
Pasalnya, tank tempur terse­but rencananya akan ditem­patkan di pulau Jawa, terutama di ibukota dan kota-kota besar. Semestinya, pemerintah me­nem­patkan tank tersebut di daerah perbatasan.
Adjeng Ratna Suminar dari Fraksi Demokrat menyatakan, rencana pemerintah itu tidak sesuai dengan kondisi prajurit TNI di daerah-daerah yang ma­sih jauh dari sejahtera. Dia mem­pertanyakan apa sebenar­nya tujuan pembelian tank Leo­pard? “Apakah ini hanya seka­dar keren-kerenan, semen­tara banyak prajurit TNI yang hi­dup­nya nelangsa. Jauh dari se­jahtera,” sesalnya.
Hal senada disampaikan Su­saningtyas Nefo Handayani dari Fraksi Hanura memper­ta­nyakan alasan pembelian Leo­pard. “Apakah leopard ini su­dah sesuai dengan apa yang kita butuhkan? Apa sesuai dengan kondisi kita?” katanya.
Enggartiasto Lukita dari Frak­si Golkar menyayangkan sikap pemerintah yang terke­san ngotot membeli tank Leo­pard. Menurutnya, yang paling pen­ting adalah kesejahteraan pra­jurit. [Harian Rakyat Merdeka]

0 komentar:

Post a Comment

 

PKS TV Sudan