18 February, 2012

Ketika Ikhwah Harus Jatuh Cinta Akhwat Berbicara

Dalam kisah ini ane memakai sudut pandang orang pertama tunggal (aku, saya,ane, gue, whatever!), alurnya bolak-balik (alias semau ane). Ending terserah ente. Dan settingnya di sebuah medan bernama medan
dakwah. Di sana penuh dengan cobaan, ujian, onak, duri, aral melintang sampai romantisme perjuangan.

Mengapa romantisme? Karena ane rasa di stasiun-stasiun
perjalanan, di setiap sendi kehidupan, di setiap makhluk yang bernyawa
(terutama manusia), yang didalamnya ada segumpal daging yang disebut hati, di hati itu ada rasa. Rasa itu berwujud cinta. Cinta itu fitrah! Cinta itu anugerah! Yang jika benar menempatkannya, akan berakhir bahagia. Dan jika salahpenempatannya, maka akan berujung malapetaka.



Yah.. cinta. Tak pernah bosan untuk dibahas. Sesuatu yang
diulang, dan akan terus berulang. Dari zaman nenek moyang (bapak Adam dan Ibunda Hawa) sampai akhir zaman. Manusia yang tengah merasakannya bisa lupa waktu, lupa diri, lupa makan, bahkan lupa ingatan! (ck..ck..the power of love). Afwan, ane bukan seorang pujangga apalagi pakar cinta. Tapi (katanya) kekuatan cintalah yang menjadikan seseorang mendadak puitis, mendadak kreatif, mendadak inovatif, mendadak solutif, dan mendadak dangdut (lho?! He..he..af1 jiddan).
Ane akan coba fokus. Ane gak akan membahas tentang cinta. Apa itu cinta, untuk siapa cinta itu diberikan, dan lain sebagainya. insyaAllah akan ana bahas di lain kesempatan. Dengan topik dan judul yang berbeda tentunya. Tetaplah stay-tune di blog kesayangan kita. Di cuap-cuap ida ^_^.



Oh ya... Izinkan juga ana bicara dari hati seorang wanita (bukan berarti mewakili kaum hawa keseluruhan) ini murni dari suara hati ane pribadi, so jangan men"generalisasi"kan pada semua akhwat. Kalo mau
protes ke ane aja, otre?!)



Fenomena ini mungkin terjadi hampir di setiap medan dakwah. Pokoknya ada aktivis dakwahnya, ADS (Aktivis Dakwah Sekolah) maupun ADK (Aktivis Dakwah Kampus/kampung). Pemerannya adalah akhwat en ikhwan. Keduanya adalah partner yang saling berkoordinasi dalam dakwah. Banyak sekali artikel dan buku yang telah membahasnya. Seminar, dauroh, sampai kajian liqo-pun membicarakannya.
Gimana kalao ikhwah jatuh cinta? Hmmmm.... wajar tuh! Fitrah koq! Normal ih! (oke-oke… peace man!) dari ikhwah yang militan sampai yang meletan, semua berpeluang merasakannya. Yang jelas jatuh cinta ala ikhwah gak sama dengan orang ammah. (af1, maksud ane ikhwah di sini yang tingkat pemahaman keislamannya lebih -sedikit atau banyak- dibandingkan orang ammah/awam). Kalo yang ngakunya ikhwah (ikhwan or akhwat), cara mengelola, memanaj, dan menyikapi, seharusnya, lebih bijak, lebih hati-hati, lebih terkontrol, tanpa harus mengikuti dorongan nafsu dan masih dalam koridor-koridor syar'i (warning! Harap dibedakan dengan ikhwah yang "bermasalah" ato "error", kasusnya beda lagi).

Selain cara menyikapinya, cobaan dan ujiannya juga beda.
Tentunya syaitan pengujinya juga selevel dengan kualitas yang diuji. Sebagai aktivis yang menyeru ke jalan Allah, ber-amar ma'ruf nahi munkar, godaannya lebih berat lagi. Gimana nggak? Wong aktivis dakwah sholatnya tepat waktu dan berjama'ah di masjid, tilawahnya 1 juz perhari, diamnya dzikir, ma'sturat pagi-petang, qiyamullail, rawatib, en dhuha nggak pernah ketinggalan, amalan-amalan sunnah yang lain pun tetap jalan, bacaannya yang berbau islam, hadirnya ke majelis ilmu dan majelis dzikir, hidupnya hanya untuk dakwah dan jihad fisabilillah...ck...ck....syetan cs pada kualahan tuh! Syuro nya jadi lebih giat buat ngatur strategi jitu.

Tapi yang namanya syetan gak akan kehabisan akal (emang
syetan punya akal???!!!) dia punya 1001 (bahkan beribu-ribu) cara untuk
memasuki celah-celah yang menjadi peluang baginya. For example, dari hasi nguping pembicaraan manusia, syetan dapet bocoran kalo cinta itu datangnya dari mata turun ke hati. Akhirnya ia berusaha menggoda aktivis dakwah dari matanya (pandangannya), banyak juga sih yang berjatuhan akibat ulahnya ini. Tapi godaan ini gak mempan, gak ngaruh, en ga ngefek bagi aktivis yang ghodul bashar (menjaga pandangan). Kemudian syetan dkk mengambil cara lain. Sms-sms bernada
dakwahpun menyebar. Dari paket taujih, bangunin qiyamullail, nanya kabar, lagi ngapain? Udah makan ato belum? Met ultah yaaa (gubrak! Mang siapa lu, siapa gue???!)

Nggak sampe di situ, syaitan juga semakin canggih
mengikuti perkembangan IPTEK. Syetan yang udah lulus kuliah di jurusan teknik informatika membuat program-program khusus di internet dan menyebarkan virus-virus aneh ke computer hati para aktivis dakwah. Yang gak punya komputer pribadi penyebaran virusnya bisa lewat flash disk, CD room, kabel data, disket dan lain-lain (nyambung gak seh? Ya disambung-sambungin aja ya!). berbagai fasilitas di dunia maya telah disajikan. Mulai via email, chatting, fs dengan testinya, sampai sebuah situs yang memfasilitasi para netter agar bisa berinteraksi dan memiliki komunitas sambil menampilkan foto dirinya. Semua hadir di tengah
kita untuk memudahkan komunikasi. Fasilitas ini pula yang dimanfaatkan aktivis dakwah untuk bersilaturrahmi, sharring pengetahuan, diskusi dakwah, menjalin ukhuwah, dsb. Dst. Ada juga yang niatnya mencari pasangan hidup. (Itu mah kembali ke diri sendiri. Mau pake jalur "swasta" [nyari sendiri] ato jalur "negeri" [lewat murabbi] yang jelas keberkahan harus tetap dijaga. Saran ane, senantiasa luruskan niat! Di awal, di tengah, sampai akhir).

Nah, dari komunikasi dunia maya itu, ada yang
memberitahukan identitas diri, ada pula yang tidak, bahkan ada yang
menyembunyikannya
dengan berbohong. Astaghfirullah....namanya juga dunia maya, dunia gak jelas!
Awalnya mungkin nanya asl, skul-kul-or ker, dmn? Nama? ada fs? Email? Sampai
tukeran no HP (waduh koq tahu nih? Pengalaman pribadi ya? Sstt...amniyah ^_^).
Nggak cukup sampe di situ, follow-up nya adalah sms-sms taujih dan kata-kata
penyemangat.
Ada juga yang
ngirim berita/artikell islami lewat email. Atau sekadar berbalas testi di
friendster. Ada
juga yang janjian chatting di YM (Yahoo Messanger) dengan dalih melanjutkan
perbincangan yang sempet tertunda di chatting perdana.

Yah...begitulah hubungan itu berlanjut sampai akhirnya ada
kata ta'aruf dilontarkan, ada kata khitbah diajukan, dan ujungnya, sebuah
pernikahan dilangsungkan. Nggak semua seh yang sukses sampe tahap itu. Sang
Sutradara-lah yang mengatur. Semua adalah skenario dan rekayasa-Nya. Manusia
hanya berencana dan ikhtiar, keputusan tetap dalam genggaman-Nya. Tapi kita
manusia juga diberi pilihan. Hidup adalah pilihan. Mau baik ato buruk, mau
syurga or neraka., mau sukses ato gagal, semua adalah pilihan. Namun tetap
Allah Yang Maha Menentukan. Lebih tepatnya ketentuan yang diikhtiarkan. Semua
tetap dibawah kuasa dan kendali-Nya. Makanya kita disuruh memaksimalkan
ikhtiar, rajin-rajin berdo'a, lebih mendekatkan diri pada-Nya, dan berserah
diri kepada-Nya (tawakkal). insyaAllah, apa yang menjadi pilihan kita, akan
dimudahkan dan diberikan yang terbaik. Allahlah Yang Maha Tahu, so nikmati dan
syukuri lah apa yang telah diberi. Semua pasti ada hikmahnya. (Lho koq jadi
kemana-mana ya?!).

Afwan sebenarnya yang pengen ana sampaikan adalah pilihan
kita untuk memilih pasangan. Bagi para ikhwan, pikirkanlah baik-baik
(matang-matang, masak-masak) sebelum menawarkan sebuah jalinan bernama
ta'aruf.
Jangan mudah melontarkannya jika tak ada komitmen dan kesungguhan untuk
meneruskannya. Mengertilah keadaan kami (akhwat). Antum tahu, bahwa sifat kaum
hawa itu lebih sensitif. Kami mudah sekali terbawa perasaan. Disadari atau
tidak, diakui atau tidak, kami adalah makhluk yang mudah sekali GeEr, suka
disanjung, suka diberi pujian apalagi diberi perhatian lebih. Jadi saat kata
ta'aruf
atau mungkin khitbah itu keluar dari lisan seorang lelaki baik dan sholih
seperti antum, tak ada alasan bagi kami untuk menolak. Karena jika kami menolak
tanpa alasan yang jelas, maka hanya fitnah yang ada. Jadi, tolong tanyakan lagi
pada diri antm, apakah kata-kata itu memang keluar dari lubuk hati antum yang
terdalam? Apakah antum sudah memohon petunjuk kepada yang Maha Menguasai Hati?
Apa antum benar-benar siap (ilmu, iman, mental, fisik, materi, dll) untuk
menjalin ikatan suci bernama pernikahan?

Sekali lagi, berhatihatilah dengan kata ta'aruf. Karena ta'aruf
adalah gerbang menuju pernikahan. Kemudian timbul pertanyaan, berapa jauhkah
jarak pintu gerbang menuju pintu rumah antum? Padahal selama perjalanan akan
banyak cobaan menghadang. Bunga-bunga indah di halaman rumah antum bisa membuat
kami terpesona. Kolam ikan yang indah juga membuat kami terlena. Ingin sekali
kami memetiknya, ingin sekali kami berlama-lama di sana menikmati keindahan dan
kenikmatan yang
antum sajikan. Tapi kami nggak berhak, kami belum mendapat izin dari si empunya
rumah. Tadinya kami ingin segera mencapai sebuah keberkahan, tapi di tengah
jalan antum menyuguhkan keindahan-keindahan yang membuat kami lupa akan tujuan
semula.

Lebih menyakitkan lagi jika antum membuka gerbang itu
lebar-lebar dan kamipun menyambut panggilan antum dengan hati berbunga-bunga.
Tapi setelah kami mendekat dan sampai di depan pintu rumah antum, ternyata
pintu rumah antum masih tertutup. Bahkan antum tak berniat membukakannya.

Saat itulah hati kami hancur berkeping-keping. Setelah
semua harapan kami rangkai, kami bangun, tapi kini semua runtuh tanpa sebuah
kepastian. Atau mungkin antum akan membukakannya, tapi kapan? Antum bilang jika
saatnya tepat. Lalu antum membiarkan kami menunggu di teras rumah antum dengan
suguhan yang membuat kami kembali terbuai, tanpa ada sebuah kejelasan. Jangan
biarkan kami berlama-lama di halaman rumah antum jika memang antum tak ingin
atau belum siap membukakan pintu untuk kami. Kami akan segera pulang karena
mungkin saja kami salah alamat. Siapa tahu rumah antum memang bukan tempat
berlabuhnya hati ini. Ada rumah lain yang siap
menjadi tempat bernaung bagi kami dari teriknya matahari dan derasnya hujan di
luar sana. Kami
tak ingin mengkhianati calon suami kami yang sebenarnya. Di istananya ia
menunggu calon bidadarinya. Menata istananya agar tampak indah. Sementara kami
berkunjung dan berlama-lama di istana orang lain.

Akhi, sebelum ijab qobul itu keluar dari lisan antum,
cinta adalah cobaan. Cinta itu akan cenderung pada nafsu. Cinta itu akan
cenderung untuk mengajak berbuat maksiat . Itu pasti! Langkah-langkah syetan
yang akan menuntunnya. Kita tentunya gak mau memakai label
"ta'aruf" untuk
membungkus suatu kemaksiatan bukan? Hati-hatilah dengan hubungan ta'aruf
yang
menjelma menjadi TTM (Ta'aruf Tapi Mesra). Tolong hargai kami sebagai
saudara
antum. Kami bukan kelinci percobaan. Kami punya perasaan yang tidak berhak
antum buat "coba-coba". Pikirkanlah kembali. Mintalah petunjukNya.
Jika
antum memang sudah siap dan merasa mantap, segera jemput kami.

Dan satu lagi yang perlu antum perhatikan adalah bagaimana
cara antum menjemput. Tentunya kita menginginkan kata BERKAH di awal, di
tengah, sampai di ujung pernikahan kan?
Hanya ridho dan keberkahanNya lah yang menjadi tujuan. Pilihlah cara yang tepat
dan berkah. Antum sudah merasa mantap pada akhwat itu. Antum yakin
seyakin-yakinnya bahwa dialah bidadari yang akan menghias istana antum. Tapi
antum tidak menggunakan cara yang tepat untuk menjemputnya. Sama halnya jika
antum yakin dan mantap untuk menuju Surabaya.
Tapi dari Jakarta antum salah memilih kendaraan,
akibatnya antum gak akan pernah sampai ke Surabaya,
malah nyasar. Ato kendaraannya sudah bener tapi nggak efektif. Terlalu lama di
perjalanan. Masih keliling-keliling dulu. Akhirnya banyak waktu terbuang
percuma
selama perjalanan. So, antum juga harus memikirkan cara yang baik/ahsan, tepat
dan berkah agar bahtera rumah tangga antum berjalan di atas ridho dan
keberkahanNya. (Tuh kan
jadi kemana-mana lagi. Tapi gak papa deh. Setidaknya unek-unek ana dah keluar,
fiufh lega!)

Di depan tadi kita bahas apaan sih? Oh ya, ketika ikhwah
jatuh cinta. Ana ga akan bahas panjang lebar karena ana tau kalian pasti akan
bosan membaca celotehan ana yang "njelimet". Tapi izinkan ana
mengutip beberapa bait tulisan yang ada di majalah al izzah edisi 11/th4/jan
2005 M sebagai perenungan bagi jiwa-jiwa yang merindukan kehadiran sang teman
sejati untuk melangkah bersama menuju jannahNya...

Ketika Aktivis Dakwah Jatuh Cinta

Ketika aktivis dakwah jatuh cinta, maka tuntas sudah urusan
prioritas cinta. Jelas, Allah, Rosullah dan jihad fii sabilillah adalah yang
utama. Jika ia ada dalam keadaan tersebut, maka berkahlah perasaannya,
berkahlah cintanya dan berkahlah amal yang terwujud dalam cinta tersebut. Jika
jatuh cintanya tidak dalam kerangka tersebut, maka cinta menjelma menjadi
fitnah baginya, fitnah bagi ummat, dan fitnah bagi dakwah.

Karenannya jatuh cinta bagi aktivis dakwah bukan perkara
sederhana. Ketika Ikhwan mulai bergetar hatinya terhadap akhwat dan demikian
sebaliknya. Ketika itulah cinta "lain" muncul dalam dirinya. Cinta
inilah yang akan kita bahas di sini. Yaitu sebuah karunia dari kelembutan hati
dan perasaan manusia. Suatu karunia Allah yang membutuhkan bingkai yg jelas.
Sebab terlalu banyak pengagung cinta ini yang kemudian menjadi hamba yang
tersesat. Bagi aktivis dakwah, cinta lawan jenis adalah perasaan yang lahir
dari tuntutan fitrah, tidak lepas dari kerangka pembinaan dan dakwah. Suatu
perasaan produktif yang dengan indah dikemukakan oleh ibunda kartini,
"akan
lebih banyak lagi yang dapat saya kerjakan untuk bangsa ini, bila saya ada di
samping
laki-laki yg cakap, lebih banyak kata saya! daripada yang saya usahakan sebagai
perempuan yg berdiri sendiri."

Cinta memiliki 2 mata pedang. Satu sisinya adalah rahmat
dengan jaminan kesempurnaan agama dan disisi lainnya adalah gerbang fitnah dan
kehidupan yg sengsara. Karenanya jatuh cinta membutuhkan kesiapan dan
persiapan. Bagi setiap aktivis dakwah, bertanyalah dahulu kepada diri sendiri,
sudah siapkah jatuh cinta??? Jangan sampai kita lupa, bahwa segala sesuatu yang
melingkupi diri kita, perkataan, perbuatan, maupun perasaan adalah bagian dari
deklarasi nilai diri sebagai generasi dakwah. Sehingga umat selalu mendapatkan
satu hal dari apapun pentas kehidupan kita, yaitu kemuliaan Islam dan kemuliaan
kita karena memuliakan Islam.


Deklarasi Cinta

Sekarang adalah saat yang tepat bagi kita untuk
mendeklarasikan cinta di atas koridor yang bersih. Jika proses dan seruan
dakwah senantiasa mengusung pembenahan kepribadiaan manusia, maka layaklah kita
tempatkan tema cinta dalam tempat utama. Kita sadari kerusakan prilaku generasi
hari ini, sebagian besar dilandasi oleh salah tafsir tentang cinta. Terlalu
banyak penyimpangan terjadi, karena cinta didewakan dan dijadikan kewajaran
melakukan pelanggaran.


Dan tema tayangan pun mendeklarasikan cinta yang dangkal.
Hanya ada cinta untuk sebuah persaingan, sengketa. Sementara cinta untuk sebuah
kemuliaan, kerja keras dan pengorbanan, serta jembatan jalan kesurga dan
kemuliaan Allah, tidak pernah mendapat tempat disana.


Sudah cukup banyak pentas kejujuran kita lakukan. Sudah
terbilang jumlah pengakuan keutamaan kita, sebuah dakwah yang kita gagas, Sudah
banyak potret keluarga yg baru dalam masyarakat yg kita tampilkan. Namun berapa
banyak deklarasi cinta yang sudah kita nyatakan. Cinta masih menjadi topik
"asing"
dalam dakwah kita. Wajah, warna, ekspresi dan nuansa cinta kita masih terkesan
misteri.
Pertanyaan sederhana, "Gimana sih, kok kamu bisa nikah sama dia, Emang
kamu
cinta sama dia?", dapat kita jadikan indikator miskinnya kita
mengkampanyekan
cinta suci dalam dakwah ini.


Pernyataan "Nikah dulu baru pacaran" masih menjadi
jargon yang menyimpan pertanyaan misteri, "Bagaimana caranya, emang
bisa?"
Sangat sulit bagi masyarakat kita untuk mencerna dan memahami logika jargon
tersebut. Terutama karena konsumsi informasi media tayangan, bacaan, diskusi
dan interaksi umum, sama sekali bertolak belakang dengan jargon tersebut.


Inilah salah satu alasan penting dan mendesak untuk
mengkampanyekan cinta dengan wujud yang baru. Cinta yang lahir sebagai bagian
dari penyempurnaan status hamba. Cinta yang diberkahi karena taat kepada sang
Penguasa. Cinta yang diberkahi karena taat pada sang penguasa. Cinta yang
menjaga diri dari penyimpangan, penyelewengan dan perbuatan ingkar terhadap
nikmat Allah yang banyak. Cinta yang berorientasi bukan sekedar jalan berdua,
makan, nonton dan seabrek romantika yang berdiri diatas pengkhianatan terhadap
nikmat, rezki, dan amanah yang Allah berikan kepada kita.

Kita ingin lebih dalam menjabarkan kepada masyarakan tentang
cinta ini. Sehingga masyarakat tidak hanya mendapatkan hasil akhir keluarga
dakwah. Biarkan mereka paham tentang perasaan seorang ikhwan terhadap akhwat,
tentang
perhatian seorang akhwat pada ikhwan, tentang cinta ikhwan-akhwat, tentang
romantika ikhwan-akhwat dan tentang landasan kemana cinta itu bermuara. Inilah
agenda topik yang harus lebih banyak dibuka dan dibentangkan.

Dikenalkan kepada masyarakat berikut mekanisme yang
menyertainya. Paling tidak gambaran besar yang menyeluruh dapat dinikmati oleh
masyarakat, sehingga mereka bisa mengerti bagaimana proses panjang yang
menghasilkan potret keluarga dakwah hari ini.



Cinta Aktivis Dakwah

Bagaimana ketika perasaan itu hadir. Bukankah ia datang
tanpa pernah diundang dan dikehendaki? Jatuh cinta bagi aktivis dakwah bukanlah
perkara sederhana. Dalam konteks dakwah, jatuh cinta adalah gerbang ekspansi
pergerakan. Dalam konteks pembinaan, jatuh cinta adalah naik marhalah
pembinaan. Dalam konteks keimanan, jatuh cinta adalah bukti ketundukan kepada
sunnah Rosullulah saw dan jalan meraih ridho Allah SWT.

Ketika Aku Jatuh Cinta

Rabb...

Ketika aku jatuh cinta

Anugerahkanlah padaku sebuah cinta

Cinta yang semakin mendekatkanku padaMu

Cinta yang mengantarkanku pada cintaMu

Cinta yang menambah kerinduanku padaMu

Cinta yang membuat lisan ini sibuk menyebut asmaMu

Cinta yang menjauhkanku dari laranganMu

Cinta yang menjadikanku taat pada perintahMu

Cinta yang tidak melalaikanku pada hakMu

Cinta yang membuatku selalu teringat padaMu

Cinta yang tidak membuatMu cemburu

Cinta yang mengantarkanku pada ridhoMu

Cinta yang membimbingku menuju rahmatMu

Cinta yang menuntunku pada cahayaMu

Cinta yang mengajarkanku tentang kebenaranMu

Cinta yang memperdalam keyakinanku padaMu

Cinta yang mengarahkanku ke syurgaMu

Cinta yang membawaku berjumpa denganMu

Kabulkanlah Cintaku...

http://www.haryobayu.web.id/?aksi=detail_blog&nomor=528

0 komentar:

Post a Comment

 

PKS TV Sudan